Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rajawali Corpora tengah getol melakukan divestasi. Terdapat beberapa emiten yang mengantre akan dilepas oleh konglomerasi Peter Sondakh ini.
Rajawali akan melepas 1,09 miliar saham atau 51% kepemilikan di PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kepada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Saat ini, Rajawali tengah dalam proses due diligence dengan SRTG. Adapun, due diligence tersebut ditargetkan selesai akhir Juni.
Kemudian, Rajawali juga akan menjual seluruh kepemilikannya di PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Saat ini, Rajawali melalui Eagle Infrastructure memiliki 3,4 miliar saham atau setara 22,32% di META. Dengan estimasi saham META di posisi Rp 180, divestasinya bisa bernilai Rp 612 miliar.
Lebih lanjut, Rajawali pun baru saja melakukan penandatanganan untuk mendivestasi 37% sahamnya di PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). Transaksi tersebut bernilai US$ 678 juta atau setara Rp 9,01 triliun. Rajawali pun meraih untung Rp 4,35 triliun dari situ.
Managing Director Rajawali Corpora Darjoto Setyawan mengungkapkan bahwa Rajawali akan menggunakan sebagian raihan dana dari divestasi BWPT untuk membayar utang. Lalu Rajawali akan memanfaatkan sisanya untuk memperkuat posisi kas.
"Intinya, kita akan memperkuat bisnis inti Rajawali. Maka yang bukan inti akan kita divestasi," ujar Darjoto, Jumat, (12/6).
Ia menjelaskan, Rajawali akan berfokus di bisnis utamanya di sektor perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan properti. Pada sektor perkebunan, Rajawali memiliki BWPT, PT Cendrawasih Jaya Mandiri, PT Karya Bumi Papua, dan PT Rizki Kemilau Berjaya.
Lalu pertambangan, Rajawali punya PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), International Prima Coal, dan lain-lain. Kemudian lada properti, Rajawali memegang St. Regis Jakarta dan St. Regis Bali Resort.
Tak hanya itu. Rajawali juga memiliki bisnis media yakni Rajawali Televisi dan PT Fortune Indonesia Tbk (FORU). Darjoto bilang bahwa Rajawali masih dalam tahap pengembangan sektor medianya.
Darjoto berpendapat, sumber pertumbuhan perusahaan bukan hanya melalui akuisisi. Namun divestasi juga merupakan strategi untuk bertumbuh.
Ia mencontohkan bahwa dulu Rajawali memiliki PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan lain-lain. Ketika perusahaan-perusahaan tersebut telah besar, Rajawali melepasnya. "Itu cara Rajawali bekerja. Kita bukan hanya dagang produk. tapi juga dagang perusahaan," ucap Darjoto.
Rajawali akan membawa anak usahanya yang bergerak di bidang komoditas emas PT Archi Indonesia melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tadinya, Archi akan melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di tahun lalu. Namun rencana tersebut mundur karena kondisi emas yang tengah kurang baik. Darjoto bilang bahwa Archi memiliki waktu untuk IPO hingga kuartal pertama tahun depan. Rajawali pun masih berharap kondisi emas bisa membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News