Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) di semester II-2024 masih lesu. Berdasarkan pantauan Kontan, hingga Kamis (5/9), belum ada lagi perusahaan yang melakukan bookbuilding.
Per 30 Agustus 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan ada 23 calon emiten yang berada dalam antrean IPO. 17 di antaranya merupakan perusahaan dengan aset skala menengah di kisaran Rp 50 miliar-Rp 250 miliar.
Lima di antaranya merupakan perusahaan aset skala besar, yakni di atas Rp 250 miliar. Lalu hanya ada satu perusahaan dengan aset skala kecil dengan total aset di bawah Rp 50 miliar.
Baca Juga: 5 Calon Emiten Mundur Dari Proses IPO, Begini Alasan BEI
Jika dibandingkan pipeline sebelumnya, ada penurunan jumlah calon emiten. Per 9 Agustus 2024 terdapat 28 calon perusahaan. Padahal pada periode 9–30 Agustus tidak ada pencatatan saham baru.
Terakhir, pencatatan saham perdana dilakukan pada 8 Agustus 2024 atas saham PT Esta Indonesia Tbk (NEST). Satu hari sebelumnya tepatnya pada 7 Agustus 2023, saham PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS) resmi melantai di BEI.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia menjelaskan menyusutnya jumlah pipeline IPO disebabkan ada keputusan internal perusahaan untuk menunda maupun berdasarkan evaluasi Bursa.
"Semua proses evaluasi Bursa dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, tidak ada kaitannya dengan isu lain," jelasnya, Kamis (5/9).
Efek Kasus Gratifikasi
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai sepinya hajatan penawaran umum perdana saham ini disebabkan oleh mencuatnya dugaan kasus gratifikasi yang dilakukan oknum karyawan BEI.
"Dugaan kasus gratifikasi atas lima pegawai BEI membuat regulator dan otoritas menahan diri. Ini akan berlangsung sampai akhir tahun," katanya saat dihubungi Kontan, Kamis (5/9).
Sebelumnya, BEI dikabarkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap lima karyawannya. Ini merupakan buntut pelanggan oknum karyawan yang meminta imbalan dan gratifikasi atas jasa penerimaan emiten.
Baca Juga: Ada Skandal Dugaan Gratifikasi, BEI: Proses IPO ke Depan Tak Terhambat
Adapun kelimanya merupakan karyawan pada divisi penilaian perusahaan. Divisi ini bertanggung jawab terhadap penerimaan calon emiten. Diduga kelima karyawan itu meminta sejumlah uang imbalan kepada calon emiten.
Bahkan, para oknum karyawan dikabarkan membentuk suatu perusahaan jasa penasihat yang diduga telah mengantongi dana sekitar Rp 20 miliar. Menurut kabar yang beredar, praktik ini telah berjalan beberapa tahun.
Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo menyebut sebenarnya minat perusahaan untuk IPO masih banyak, bahkan investor menginginkan IPO yang bagus. Namun ada oknum yang internal yang membelokkan aturan.
"Minat IPO memang selalu besar, mungkin sekarang akan berhati-hati. Namun BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus lebih jujur," ucap Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News