Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mata uang Inggris poundsterling gagal mempertahankan penguatannya di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Tingkat probabilitas kenaikan suku bunga The Fed yang makin tinggi mulai membawa angin segar bagi mata uang negeri Paman Sam.
Mengutip Bloomberg, Senin (6/3) pukul 19.01 wib pasangan GBP/USD yang mengalami koreksi 0,24% ke level 1,2261 dari kemarin.
Alwi Assegaff, analis PT Global Kapital Investama Berjangka melihat pelemahan pasangan GBP/USD juga merupakan imbas sentimen kenaikan suku bunga AS.
Menurutnya probabilitas kenaikan suku bunga yang sudah mencapai kisaran 80% membuat semakin kuatnya keyakinan pasar kalau The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Maret.
“Pengaruh suku bunga diperkirakan masih akan bertahan sampai pekan depan,” ungkapnya kepada KONTAN, Senin (6/3).
Apalagi pada akhir pekan ini akan dirilis data ketenagakerjaan AS. Kalau hasilnya tercatat positif, maka sentimen kenaikan suku bunga di bulan Maret akan semakin tinggi. Janet Yellen sendiri telah mengonfirmasi perbaikan data tenaga kerja dan inflasi bisa mendorong kenaikan suku bunga The Fed.
Sementara itu poundsterling dinilai masih diselimuti sentimen negatif. Selain sajian data ekonomi yang tidak begitu bagus, proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang masih memakan waktu juga cenderung menekan posisi pound.
Ditambah lagi sekarang kembali mencuat tuntutan referendum Stoklandia untuk keluar dari Inggris Raya. “Masalah poundsterling masih banyak, sedangkan dollar AS masih berada di atas angin,” timpalnya.
Bahkan Alwi memperkirakan pelemahan pasangan GBP/USD akan berlanjut selama sepekan ke depan. Untuk Selasa (7/3) pasangan kedua mata uang itu masih mengalami koreksi. Apalagi Inggris tidak akan ditopang sajian data yang positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News