Reporter: Febrina Ratna Iskana, Agus Triyono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Menjadi salah satu sumber kebutuhan penting untuk industri dan rumah tangga, harga komoditas energi seharusnya bisa bertahan. Tapi, tidak semua komoditas energi mencatat kinerja mentereng. Berikut ulasan pasar komoditas energi.
Minyak
Sepanjang 2013 hingga 24 Desember, harga minyak menguat 6,67% ke posisi US$ 99,22 per barel. Harga minyak sempat mencapai level terendah pada 17 April di level harga US$ 85,92 per barel dan mencapai puncaknya di 9 Juni pada US$ 104,61 per barel.
Analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian mengatakan, sepanjang tahun 2013 harga komoditas tertekan dan akan berlanjut hingga tahun depan. Permintaan terhadap komoditas masih cenderung melemah.
Pertumbuhan ekonomi di sebagian negara emerging market seperti China membaik sehingga masih menopang harga komoditas tahun ini. Di sisi lain, perbaikan ekonomi di Amerika Serikat (AS) justru membuat harga komoditas melemah.
Tahun depan, minyak Iran akan menambah pasokan pasar global. Selain itu, produksi minyak negara non OPEC juga akan meningkat. Ini menunjukkan bahwa suplai akan besar tapi permintaan cenderung turun.
Permintaan minyak bisa saja meningkat karena kepemilikan kendaraan bermotor mampu menopang harga minyak. Di China saja pada 2013, sudah ada peningkatan sebesar 20 juta mobil terjual yang merupakan kenaikan 100% year on year. Ditambah dengan adanya kenaikan pendapat yang akhirnya mampu menopang harga minyak.
Jika kenaikan kendaraan bermotor dan kenaikan pendapatan di China terjadi juga pada tahun depan, maka permintaan minyak akan terjaga.
Albertus memprediksi, harga minyak akan cenderung stabil di kisaran US$ 97-US$ 100 per barel tahun depan.
Batubara
Batubara mencetak kinerja paling jeblok dengan penurunan 11,80% sepanjang tahun ke posisi US$ 87,1 per ton. Harga batubara sempat tertekan ke ke level US$ 79,70 per metrik ton yang merupakan level terendah sejak 2009.
Salah satu penyebab anjloknya harga batubara adalah rencana China untuk membatasi penggunaan batubara karena polusi yang sudah parah. China merupakan salah satu negara pengguna batubara terbesar. Meski permintaan masih besar, pertumbuhannya lebih kecil ketimbang suplai.
Ibrahim, analis komoditas memprediksi, harga batubara akan menguat. Penguatan akan ditopang oleh proyeksi positif yang dibuat oleh sejumlah lembaga ekonomi dunia terhadap tren permintaan batubata dunia sampai dengan beberapa tahun mendatang.
Tapi, penguatan tersebut kemungkinan akan dibatasi oleh terus dikuranginya stimulus moneter AS. Selain itu, keterbatasan penguatan harga batubara juga akan dipicu oleh masih lesunya tingkat permintaan batubara dari beberapa pengguna batubara seperti China. "Penguatan 2014 hanya akan berada di kisaran US$ 90-US$ 100 per metrik ton, susah untuk melebihi itu," katanya.
Gas alam
Harga gas alam mencatat peningkatan tertinggi tahun ini. Hingga 24 Desember, harga gas alam naik 9,04% ke posisi US$ 4,42 per mmbtu. Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir mengatakan, setahun terakhir, harga gas alam cenderung naik.
Untuk pergerakan tahun depan, Firman bilang, pola pergerakan harga gas alam sama seperti tahun ini. Di awal tahun, harga gas alam naik karena optimisme peningkatan musim dingin dan adanya perayaan imlek di China.
Pertengahan tahun harga akan tertekan karena mulai meredanya permintaan energi karena musim dingin sudah berakhir. Ditambah dengan meningkatnya suplai global di timur tengah jika proses nuklir Iran berlangsung lancar. "Jika implementasi kesepakatan nuklir lancar dan ada pencabutan saksi ekspor Iran, maka cadangan minyak dan gas alam pasar global akan meningkat," kata Firman.
Tahun depan, AS juga akan meningkatkan produksi minyak dan gas. Firman memprediksi, harga gas alam akan bergerak di kisaran US$ 3,82-US$ 5,20 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News