Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID -Â CENGKARENG. Selain penerbangan reguler dan sewa, penerbangan haji menjadi salah satu ceruk bisnis maskapai penerbangan. Tahun ini, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menerbangkan sebanyak 107.959 jamaah haji atau hampir separuh dari seluruh kuota haji Indonesia 2018 yang mencapai 221.000 jamaah.
Garuda Indonesia membagi penerbangan ratusan jamaah dalam 278 kloter keberangkatan dan kepulangan. Periode keberangkatan pertama berlangsung 17 Juli hingga 29 Juli 2018 dengan tujuan Bandar Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz atau Bandar Udara Madinah. Kemudian tahap keberangkatan kedua pada 30 Juli hingga 15 Agustus dengan tujuan Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.
Kloter kepulangan juga terbagi dua tahap. Periode pertama pada 26 Agustus-7 September 2018 dari Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz. Selanjutnya periode kepulangan kedua dari Bandar Udara Madinah pada 8-25 September 2018.
Untuk penerbangan haji, Garuda Indonesia menyiapkan 14 armada pesawat. Sebanyak 10 pesawat armada milik sendiri dan empat armada sewa. "Pesawat yang digunakan semua dalam kondisi sehat dan layak terbang," kata Pahala N. Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk dalam acara Kick Off Penerbangan Haji 2018 di Cengkareng, Kamis (12/7).
Meski menikmati hampir separuh dari pendapatan penerbangan haji, Garuda Indonesia tak menyebutkan nominal yang didapat. Perusahaan berkode saham GIAA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu hanya mengatakan, pencapaiannya sama dengan tahun lalu.
Yang pasti, dalam kesempatan sebelumnya Garuda Indonesia menyatakan rute penerbangan ke Jeddah dan Madinah mencatatkan pertumbuhan tertinggi daripada rute penerbangan lain. Maka itu, mereka menjaminkan pendapatan kedua rute dalam rencana penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA). Bunganya 8,75%-9,5% dengan tenor lima tahun.
Menurut catatan pemberitaan Kontan.co.id, saat ini Garuda Indonesia dalam tahap bookbuilding. Investor yang mereka incar antara lain dana pensiun, asuransi dan perbankan. Target indikatif KIK EBA mencapai Rp 4 triliun. Kelak, duit hasil penerbitan instrumen itu untuk restrukturisasi utang jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News