Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan merampungkan proses pendanaan dua mega proyeknya. Proyek pertama adalah, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banko Tengah (Sumsel 8) berkapasitas 6x620 mega watt (MW). Ke dua, proyek kereta api Bukit Asam Transpacific Railway (BATR).
Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA mengatakan, sejauh ini tidak ada perubahan valuasi terkait dua proyek itu. Proyek Sumsel 8 diperkirakan akan menghabiskan dana senilai US$ 1,5 miliar. Sedangkan proyek BATR nilainya mencapai US$ 1,3 miliar.
Dalam penggarapan proyek Sumsel 8, PTBA menggandeng China Huadian Hongkong Co Ltd (CHDHK). Keduanya membentuk perusahaan patungan bernama Huadian Bukit Asam Power (HBAP).
Porsi kepemilikan saham PTBA di perusahaan tersebut sebesar 45%. Adapun, 70% pendanaan bersumber dari pinjaman, dan 30% dari ekuitas. Dengan demikian, total pinjaman yang akan ditarik sekitar US$ 1,05 miliar.
"Ini project financing dari lembaga keuangan China, saya belum bisa sebut identitasnya," ujar Joko ketika dikonfirmasi KONTAN, Kamis (27/2).
Targetnya, perjanjian pinjam meminjam itu kelar di semester I-2014. Proyek lainnya adalah BATR yang merupakan proyek patungan dengan Grup Rajawali. Di proyek ini, PTBA hanya memiliki 10% saja.
Keduanya akan menggarap Jalur baru angkutan kereta api Tanjung Enim-Lampung dengan kapasitas angkut 25 juta ton per tahun. BATR telah mendapatkan kesepakatan pendanaan dari beberapa kreditur, yaitu Bank of China, China Development Bank, China Exim, dan ICBC. Total pinjaman yang diberikan mencapai US$ 1,8 miliar.
Proyek BATR ini tak lepas dari proyek patungan lain, yaitu Bukit Asam Banko (BAB). Di proyek hulu ini, PTBA menguasai 65% saham. Sementara Rajawali 35%. Adapun, nilai proyek ini ditaksir sekitar US$ 700 juta. Saat ini, studi restrukturisasi sudah selesai.
Tambang BAB bisa menyediakan batubara siap angkut hingga 500 juta ton untuk periode 20 tahun. Terkait kepastian valuasi, Joko bilang masih dibicarakan. Asal tahu saja, valuasi ini yang akan menentukan besaran modal yang harus disetor oleh PTBA dan Rajawali.
Sebagai gambaran, pada 2008 telah dilakukan valuasi awal. Ketika itu valuasi ditetapkan US$ 1,21 per ton. Tahun ini, PTBA menganggarkan belanja modal sekitar US$ 300 juta. Dana itu akan digunakan untuk operasional dan mendanai beberapa proyek.
Menurut Joko, tahun ini, PTBA belum akan menyetor penuh atas modal, baik di HBAP maupun BATR. "Penyetoran modal akan dilakukan bertahap, sesuai kebutuhan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News