kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara pernyataan CFO Twitter ini, harga Bitcoin terlempar dari zona US$ 60.000


Selasa, 16 November 2021 / 23:05 WIB
Gara-gara pernyataan CFO Twitter ini, harga Bitcoin terlempar dari zona US$ 60.000


Sumber: CoinDesk | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga Bitcoin jatuh ke bawah US$ 60.000 pada Selasa (16/11), setelah chief financial officer (CFO) Twitter mengatakan, investasi di aset kripto seperti Bitcoin “tidak masuk akal” saat ini.

Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Selasa (16/11) sore waktu Indonesia Barat sempat terjungkal ke US$ 58.673,84, level yang tak pernah terlihat sejak 28 Oktober lalu.

Meski begitu, harga Bitcoin cepat bangkit dengan berada di US$ 60.757,19 pada pukul 21.35 WIB. Angka ini melorot 6,76% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.

Bukan hanya harga Bitcoin yang merosot. Pasar kripto memerah pada Selasa (16/11). Harga Ethereum, misalnya, turun 7,78% ke posisi US$ 4.334,38 dan sempat menyentuh level US$ 4.111,09.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, CFO Twitter Ned Segal mengungkapkan, menginvestasikan uang tunai ke aset kripto seperti Bitcoin “tidak masuk akal” saat ini.

Baca Juga: Harga Bitcoin jatuh ke US$ 60.000, tapi siap bangkit lewat 2 sentimen ini

Segal mengutip volatilitas harga dan kurangnya aturan akuntansi untuk aset kripto sebagai faktor penting yang menghentikan Twitter dari diversifikasi ke cryptocurrency.

Melansir CoinDesk, pernyataan Segal kemungkinan memberikan alasan bagi para trader untuk mengambil risiko, apalagi setelah dollar menguat dan ada kewajiban pelaporan pajak kripto di AS menyusul langkah Presiden Joe Biden meneken RUU Infrastruktur pada Senin (15/11).

China makin keras terhadap penambangan kripto

Yang juga membuat harga Bitcoin dan pasar kripto memerah adalah China yang makin keras terhadap penambangan kripto.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mengatakan pada Selasa (16/11), tahap selanjutnya dari penumpasan penambangan kripto adalah mempertimbangkan “hukuman tarif listrik”.

NDRC berencana menerapkan kebijakan tersebut untuk perusahaan yang menambang kripto tetapi hanya membayar listrik dengan tarif pelanggan rumahtangga, Meng Wei, juru bicara NDRC mengatakan, seperti dikutip China.com dan dilansir CoinDesk.

Baca Juga: China makin keras terhadap penambangan kripto, harga Bitcoin dkk anjlok

Menurut Meng, NDRC akan fokus pada perusahaan pertambangan kripto skala industri dan milik negara, serta meminta pemerintah daerah untuk menangani aktivitas tersebut di dalam yurisdiksi mereka.

Pernyataan Meng itu menanggapi pertanyaan tentang langkah NDRC selanjutnya terhadap kebijakan penambangan kripto yang berlaku di Provinsi Sichuan, Chengdu, dan Chongqing.

Chengdu adalah salah satu provinsi penambangan kripto terbesar di China dan memiliki kebijakan yang menguntungkan terhadap industri ini.

Pada Sabtu (13/11) pekan lalu, Xiao Yi, pejabat Partai Komunis dari Provinsi Jiangxi dipecat dan dikeluarkan dari partai, dan kemungkinan akan menghadapi tuntutan pidana atas dukungannya atas penambangan kripto, pengawas anti-korupsi Partai Komunis mengungkapkan.

NDRC dan lembaga Pemerintah China terkemuka lainnya menyerukan tindakan keras baru terhadap penambangan kripto pada 24 September lalu. Kemudian, penambangan kripto masuk ke daftar negatif industri pada awal Oktober.

Selanjutnya: MUI: Penggunaan kripto sebagai mata uang hukumnya haram

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×