Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia yang semakin merosot mengancam kinerja sebagian emiten, khususnya yang bergelut di bisnis minyak dan gas (migas).
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, dua emiten yang terdampak langsung penurunan harga minyak dalam jangka pendek adalah PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Frederik mengatakan, kedua emiten ini berpotensi buntung karena aktivitas jual beli minyak mentah yang menggunakan reference price global.
Baca Juga: Harga minyak dunia anjlok, ini tanggapan sejumlah emiten migas
“Namun bila ke depanya konsumsi kembali meningkat maka justru kedua emiten ini bisa berbalik untung karena memiliki ongkos yang rendah tetapi harga jual bisa meningkat,” terang Frederik saat dihubungi Kontan.co.id.
Untuk emiten lain yang membutuhkan minyak sebagai bahan bakar seperti emiten pelayaran dan kontraktor tambang, Frederik menilai emiten-emiten ini masih menghadapi masalah penjualan.
Dia menilai, utilisasi kapal rata-rata belum optimal sedangkan harga pelayaran juga masih terus turun. Dus, ongkos yang lebih murah pun belum bisa membuat perusahaan untung begitu saja.
“Hal kedua yang perlu diperhatikan apakah (pelemahan harga) ini sifatnya sementara. Karena kasusnya hanya produksi di Amerika Serikat (AS) yang terlalu banyak,” sambung dia.
Ke depan, jika ada keputusan untuk menurunkan produksi minyak dari OPEC+ termasuk AS dan negara lainnya, maka harga minyak mentah bisa kembali meningkat.
Sementara itu, Direktur Riset dan Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai penurunan harga minyak yang berada di bawah US$ 20 per barrel membuat saham-sahan di sektor migas mengalami tekanan.
“Kekhawatiran dan kecemasan harga minyak yang masih berada di posisi terendah inilah yang membuat pelaku pasar dan investor khawatir akan menekan kinerja dari emiten dalam negeri,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).
Baca Juga: Harga minyak dunia anjlok, emiten sektor ini bisa ketiban pulung
Nico merlihat, prospek emiten-emiten tersebut memang berkorelasi positif terhadap pergerakan harga minyak. Selama wabah virus corona belum berakhir dan dampak permintaan global belum kembali, kinerja emiten-emiten tersebut masih akan tertekan.
Nico merekomendasikan wait and see saham-saham migas sehubungan dengan rencana pertemuan dan kesepakatan OPEC dan OPEC+ yang akan memangkas tingkat produksi minyak.
Apabila harga minyak dapat distabilkan meskipun di harga rendah, maka kinerja dari emiten-emiten tersebut masih bisa terukur dengan baik.
“Namun masalahnya pertemuan dan kesepakatan pun biasanya hanya di awang-awang belaka,” tutup Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News