kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gara-gara corona, gas alam sulit bangkit


Senin, 02 Maret 2020 / 21:55 WIB
Gara-gara corona, gas alam sulit bangkit
ILUSTRASI. Harga gas alam berada dalam tren bearish


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selepas musim dingin berlalu, harga gas alam bakal sulit mengalami perbaikan. Tren harga gas alam saat ini masih cenderung bearish

Merujuk Bloomberg, pada Senin (2/3), pukul 21.30 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 1,727 per MMBtu.

Posisi ini menguat 2,55% dibanding penutupan akhir pekan lalu di 1,684 per MMBtu. Namun, sepanjang tahun ini, harga gas alam masih anjlok 19,64%.

Analis Capital Central Futures Wahyu Laksono menyebut kondisi fundamental gas alam memang tidaklah baik. Sehingga tak mengherankan harganya terus anjlok. Sentimen terkait outlook permintaan yang menurun karena faktor musim dingin yang tidak sedingin biasanya adalah salah satu penghambat harga.

Baca Juga: Analis: Rebound harga gas alam hanya sesaat

“Sebelum adanya persebaran virus corona, gas alam merupakan komoditas dengan kondisi fundamental terburuk pada tahun lalu. Ditambah lagi dengan adanya outbreak corona akan semakin menekan harga gas alam ke depan,” terang Wahyu, Senin (2/3).

Sementara Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, virus corona semakin menekan harga gas alam karena berimbas menurunkan permintaan terhadap gas alam. Diperparah dengan kondisi produksi gas alam yang semakin meningkat.

“Energy Information Administration (EIA) menyebut produksi gas alam mengalami peningkatan yang tajam. Sementara imbas corona, berbagai negara saat ini melakukan isolasi diri sehingga menunda ekspor gas alam yang akhirnya membuat permintaan semakin menurun,” jelas dia. 

Baca Juga: Harga nikel melonjak setelah Indonesia melaporkan kasus perdana virus corona

Ibrahim menambahkan, data pertumbuhan manufaktur di China juga mencatatkan hasil yang buruk. Indeks manufaktur berada di level 40,3, paling rendah dalam beberapa tahun terakhir. Belum lagi proyeksi PDB China di kuartal pertama tahun ini yang hanya naik 5%. Posisi ini turun dari asumsi awal di 6%.

Tak pelak dia memproyeksikan, harga gas alam pada semester pertama akan mencoba mendekati level US$ 1,9 MMBtu dengan susah payah. 

Sementara Wahyu memprediksi, gas alam masih akan berada dalam tren bearish dan bergerak dalam rentang US$ 1,5 - US$ 2,0 per MMBtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×