Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi makro ekonomi Indonesia kuat. Fundamental pasar obligasi juga semakin solid dan menarik investor. Fundamental pasar obligasi yang positif tercermin dari stabilnya pergerakan yield di level yang tetap rendah.
Pada Rabu (15/9), yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berada di 6,11%.
Para analis menilai level tersebut masih termasuk baik meski bergerak naik dari level terendahnya pada akhir bulan lalu di 6,05%. Level yield saat ini juga masih lebih baik dari level yield di awal bulan lalu yang sempat naik ke 6,3%.
Fundamental pasar obligasi yang solid juga tercermin dari hasil lelang SUN, Selasa (14/9). Saat itu, jumlah penawaran yang masuk di lelang sebesar Rp 80 triliun. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan penawaran yang masuk di dua pekan sebelumnya, sebesar Rp 116 triliun.
Namun, meski jumlah penawaran yang masuk menurun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan cenderung berhasil menurun atau harga obligasi cenderung naik.
Baca Juga: Yield Turun, Penawaran SUN Menjadi Rp 80,66 Triliun
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, yield SUN yang tetap dalam level rendah atau bergerak menurun menunjukkan minat investor yang tetap tinggi. "Penawaran yang masuk di lelang SUN kemarin tetap di atas Rp 60 triliun itu tetap termasuk tinggi," kata Ramdhan.
Sentimen positif yang mendukung fundamental obligasi kuat adalah makro ekonomi Indonesia yang juga stabil. Ramdhan mengatakan nilai tukar rupiah yang stabil, terciptanya pertumbuhan ekonomi dan likuiditas pasar yang tinggi mendukung pasar obligasi Indonesia semakin menarik.
Fundamental pasar obligasi Indonesia yang saat ini kuat, juga tercermin dari penerbitan SUN Sustainable Development Goals (SDG) dalam mata uang asing euro dengan format SEC-Registered Shelf Take Down. Transaksi ini merupakan penerbitan SDG bond konvensional pertama di Asia yang mencerminkan kepemimpinan Indonesia dalam pembiayaan berkelanjutan dan langkah yang signifikan dalam pencapaian SDG.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) mencatat penerbitan SDG ini pemerintah berhasil menekan harga hingga 27 basis poin (bps) dari initial price guidance yang berada pada level MS+140-145bps ke final price guidance di level MS+118bps. Ini merupakan spread terhadap Mid-Swaps terendah untuk SUN denominasi Euro dengan tenor 12 tahun.
Baca Juga: Katalis positif yang masih terbatas, pengaruhi hasil lelang SUN pada Selasa (14/9)
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan spread yang semakin mengecil menunjukkan minat inevstor pada obligasi tinggi. "Spread mengecil itu baik artinya permintaan tinggi dan yield juga jadinya menurun, yield rendah cost of fund pemerintah jadi rendah," kata Ramdhan.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha juga melihat minat investor asing pada penerbitan obligasi global pemerintah tinggi dan terjadi oversubscribe. Menurut Yudha, fundamental pasar obligasi Indonesia juga unggul dari negara lain.
"Apa yang dilakukan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani dalam mengelola fiskal secara konservatif dan disiplin tertangani dengan baik," kata Yudha.
Fundamental pasar keuangan Indonesia kuat, juga tercermin dari defisit anggaran yang lebih rendah dari negara lain. Tingkat inflasi juga berhasil terjaga di level yang tetap rendah. Indonesia juga diuntungkan dari momentum kenaikan ahrga komoditas.
Langkah pemerintah menangani pandemi Covod-19 juga turut mendukung fundamental yang solid. Yudha berhadap momentum penanganan pandemi yang baik ini bisa terus terjaga dengan terus menggenjot distribusi vaksin. "Tidak dipungkiri keberhasilan Indonesia menangani pandemi turut menarik investor asing untuk membeli obligasi global pemerintah," kata Yudha.
Dengan likuiditas pasar yang berlimpah sementara suplai surat utang terbatas, Yudha memproyeksikan yield SUN berpotensi turun ke 5,75% di tahun ini.
Selanjutnya: Penawaran masuk dalam lelang SUN Selasa (14/9) capai Rp 80,66 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News