Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menurunkan Long-Term Issuer Default Rating (IDR) PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menjadi C dari CCC-. Fitch juga memangkas peringkat obligasi dollar AS Sritex menjadi C dari CCC- dengan Recovery Rating RR4 yang mengindikasikan prospek pemulihan 'rata-rata' jika terjadi gagal bayar.
Pada waktu yang sama, Fitch juga menurunkan peringkat nasional jangka panjang Sritex menjadi C dari CCC-. Menurut Fitch, penurunan peringkat ini seiring dengan Sritex yang tidak membayar bunga sekitar US$ 850.000 yang jatuh tempo 23 April 2021 atas pinjaman sindikasi US$ 350 juta.
Fitch menuturkan, berdasarkan dokumen pinjaman, kegagalan membayar dalam waktu lima hari kerja sejak tanggal jatuh tempo akan dianggap sebagai Kejadian Wanprestasi.
"Fitch dapat menurunkan peringkat lebih lanjut menjadi 'Restricted Default' jika tidak ada pembayaran yang dilakukan setelah lima hari kedaluwarsa," kata Fitch dalam rilisnya, Senin (26/4).
Baca Juga: Sritex dan anak usaha dapat tiga gugatan PKPU, utang pada dua perkara Rp 106,4 miliar
Sritex saat ini masih terus bernegosiasi dengan para pemberi pinjaman sindikasi US$ 350 juta untuk memberikan perpanjangan tenor dua tahun. Sritex juga mengajukan penundaan sementara pembayaran bunga dan pokok pinjaman sampai dengan proposal restrukturisasi diajukan, yakni paling lambat pada pekan kedua Agustus 2021.
Asal tahu saja, fasilitas tersebut terdiri dari pinjaman berjangka sebesar US$ 200 juta dan kredit revolving sebesar US$ 150 juta. Menurut Fitch, ketidakmampuan untuk menggulingkan kredit revolving bakal memperburuk tekanan likuiditas Sritex.
Pasalnya, Sritex mendanai operasi hariannya dengan uang tunai seiring melemahnya akses pendanaan dari eksternal. "Fitch memahami bahwa perusahaan memilih untuk tidak melakukan pembayaran bunga karena belum mendapatkan kesepakatan mengenai penangguhan pembayaran tersebut," jelas Fitch.
Berkurangnya akses terhadap kredit modal kerja juga dinilai akan membatasi kemampuan Sritex untuk meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, Fitch memperkirakan, arus kas Sritex dari aktivitas operasi pada tahun 2021 akan tetap negatif yang pada akhirnya akan mempersulit Sritex untuk membayar utang jatuh tempo pada tahun ini dan memenuhi kebutuhan capex untuk perawatan mesin-mesin.
Fitch menilai, likuiditas Sritex saat ini tergolong ketat karena saldo kas Sritex yang sebesar US$ 187 juta per Desember 2020 tidak cukup untuk membayar utang jangka pendek yang mencapai lebih dari US$ 300 juta.
Utang-utang tersebut terdiri dari pinjaman bank jangka pendek US$ 277 juta, medium term notes US$ 25 juta, dan bagian utang jangka panjang US$ 6 juta. Sritex juga akan menghadapi jatuh tempo fasilitas sindikasi senilai US$ 350 juta pada Januari 2022.
Selanjutnya: Sritex (SRIL) Mulai Hadapi Serangkaian Sidang PKPU di PN Semarang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News