Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings Indonesia menurunkan peringkat nasional jangka panjang PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dari A (idn) menjadi BBB+ (idn) dengan outlook negatif. Serta menurunkan peringkat senior unsecured obligasi milik Waskita Karya dari A- (idn) menjadi BBB(idn).
"Penurunan peringkat merefleksikan pelemahan profil finansial WSKT, terutama pada leverage yang tinggi dan interest coverage yang lemah sebagai dampak pelemahan profitabilitas karena menurunnya pencapaian nilai kontrak baru dan siklus modal kerja yang lebih panjang," tulis Fitch, Senin (1/6).
Sedangkan outlook negatif merefleksikan ekspektasi Fitch pada likuiditas WSKT yang dapat terus di bawah tekanan apabila dampak ekonomi dari kebijakan pembatasan penyebaran Covid-19 diperpanjang. Pelemahan ekonomi yang berkepanjangan dapat berakibat ke penundaan tender dan perlambatan pembayaran dari pelanggan karena gangguan ada konstruksinya, terutama karena sebagian besar dari proyek WSKT adalah berbasis turnkey.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) dan Waskita (WSKT) prediksi pendapatan turun di kuartal I-2020
Fitch memperkirakan leverage WSKT, diukur dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA, akan di atas 13x dalam jangka menengah. Interest coverage (EBITDA/Interest Expense Paid) diprediksi akan tetap di bawah 1x di 2020-2021. Fitch melihat WSKT dapat menemui tantangan untuk menurunkan tingkat utang dalam situasi sekarang karena perusahaan harus terus mengeksekusi order book yang masif dan investasi jalan tolnya yang perlu tambahan pendanaan.
Penambahan kontrak baru diprediksi akan turun 5% ke Rp 25 triliun di 2020, dengan asumsi WSKT dapat memenangkan proyek signifikan seperti Jalan Tol Balikpapan-Penajam dan Rel Kereta Api Malolos-Clark. Kedua proyek ini diestimasikan bernilai total Rp 17 triliun. Adapun, WSKT mendapatkan kontrak baru senilai Rp 3,1 triliun di kuartal-I 2020.
Baca Juga: WIKA dan WSKT andalkan kas internal untuk bayar utang jatuh tempo tahun ini
Arus kas operasional WSKT diprediksi akan tetap positif di tahun 2020, karena emiten konstruksi tersebut akan menerima pembayaran turnkey Rp 12,6 triliun. WSKT telah menerima pembayaran turnkey sebesar Rp 7,1 triliun hingga April 2020. Sementara itu arus kas bebas akan terus negatif karena investasi yang tinggi untuk menyelesaikan proyek jalan tol yang sedang berlangsung dan leverage yang akan tetap tinggi.
Fitch mengekspektasikan WSKT untuk menerima sebagian besar sisa pembayaran turnkey di semester-II 2020 dari proyek-proyek seperti LRT Palembang dan jalan tol Cinere Serpong. Namun, Fitch mengasumsi modal kerja akan kembali negatif ketika pendapat WSKT kembali bertumbuh di 2021 karena meredanya pandemi.
Baca Juga: WSKT masih punya utang bank dan obligasi Rp 16,56 triliun yang jatuh tempo di 2020
Rating Case Fitch mengasumsi kebijakan social distancing yang berhubungan dengan pandemi akan berkurang di 2021, sehingga tender proyek yang signifikan akan berlanjut. Ini dapat mendorong kontrak baru WSKT ke sekitar Rp 30 triliun-Rp 40 triliun di 2021-2023. Namun, pandemi yang berkepanjangan dapat membuat pemerintah mengalokasi ulang anggaran proyek infrastruktur untuk melawan Covid-19, sehingga dapat mengurangi jumlah kontrak yang akan ditender, sebagaimana terefleksikan dalam outlook negatif.
Lebih lanjut, peringkat final WSKT di ‘BBB+(idn)’ mencakup penambahan empat notch dari standalone credit profile (SCP) Waskita di ‘bb(idn)’ karena hubungan perusahaan yang kuat dengan pemegang saham mayoritasnya, Pemerintah Indonesia (BBB/Stabil).
Baca Juga: Waskita (WSKT)Terima Pembayaran Proyek Turnkey Rp 6,9 Triliun
Obligasi yang diterbitkan akan diperingkat satu notch di bawah peringkat nasional jangka panjang perusahaan di BBB+(idn), karena Fitch memperkirakan prior ranking debt per EBITDA akan tetap di atas 2,5 kali. Level di mana Fitch melihat utang dari kreditor senior yang tanpa jaminan menjadi tersubordinasi secara material terhadap kreditor utang dengan jaminan (prior ranking creditor).
Peringkat nasional di kategori 'BBB' menunjukkan ekspektasi akan risiko gagal bayar yang moderat relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia. Namun kemungkinan perubahan keadaan atau kondisi ekonomi akan mempengaruhi kapasitas untuk membayar secara tepat waktu adalah lebih besar dibandingkan komitmen keuangan yang ditunjukkan oleh kategori peringkat yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News