Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Axis Telekom Indonesia dikhawatirkan akan membebani kinerja EXCL. Ini karena Axis memiliki utang besar. Namun, EXCL mengklaim, biaya pencaplokan Axis tersebut sudah termasuk pelunasan utang.
Sekretaris Perusahaan EXCL, Murni Nurdini mengatakan, nilai akuisisi Axis senilai US$ 865 juta atau Rp 10,04 triliun (kurs 1 US$ = Rp 11.613), sudah termasuk pelunasan utang. Dari jumlah itu, sebesar US$ 100 untuk membayar kepada Teleglobal Investments B.V. Lalu, senilai US$ 864,9 juta setara Rp 9,83 triliun untuk melunasi utang Axis ke pihak ketiga. "EXCL mengakuisisi 95% Axis dalam kondisi bebas utang atau debt free," tulis Murni, dalam keterbukaan informasi ke bursa.
Meski pengambilalihan Axis oleh EXCL ini diklaim bebas utang, analis masih beranggapan, akuisisi ini tetap akan membebani kinerja EXCL. "Secara keseluruhan, kami masih yakin EXCL bisa rugi gara-gara Axis ini," kata analis Ciptadana Securities, Triwira Juniarta Tjandra.
Sebab, beban operasional Axis pada 2012 mencapai Rp 1 triliun. Triwira menilai, beban operasional akan membebani EXCL. Apalagi, Axis secara operasional masih merugi. Beban ini yang menurut dia, akan terkonsolidasi. "EXCL akan merugi dalam setahun pasca merger," ujar dia.
Analis MNC Securities, Reza Nugraha melihat, pasca merger, utang EXCL akan membesar. Ini karena EXCL harus menanggung utang Axis. Terlebih, biaya aksi ini dalam dollar AS.
Per September 2013, rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio (DER) EXCL 1,5 kali. "DER EXCL bisa bertambah jadi 1,8 kali-2 kali," ujar Reza. Harga EXCL turun 1,44% ke Rp 5.150, Selasa (21/1). Triwira dan Reza merekomendasikan hold saham EXCL dengan target harga Rp 5.500 dan Rp 5.450.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News