Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Persaingan di industri telekomunikasi teramat ketat. Semua pemain di industri ini pun gencar berbenah agar bisa bersaing, tidak terkecuali PT XL Axiata Tbk.
Dalam beberapa tahun terakhir, emiten berkode saham EXCL ini agresif menambah base transceiver station (BTS) 3G. Malah tahun depan, EXCL menyiapkan belanja modal senilai Rp 7 triliun-Rp 8 triliun untuk semakin memaksimalkan layanan data. Dana tersebut akan dialokasikan untuk menambah sekitar 6.000 BTS 3G dari total 9.000 BTS-10.000 BTS saat ini.
Analis Bahana Securities, Stifanus Sulistyo bilang, layanan data memang menjadi masa depan bisnis telekomunikasi. Permintaan pasar terhadap layanan data tersebut juga bertambah. Berdasarkan riset Stifanus, 60% pengguna EXCL adalah pelanggan data. Sementara, 25% pelanggan adalah pengguna telepon berteknologi 3G.
Hal ini pula yang mendorong EXCL gencar menggenjot bundling penjualan dengan berbagai vendor smart phone. Berdasarkan laporan perseroan, hingga September 2012, pelanggan EXCL telah mencapai 42,3 juta. Tahun depan, Stifanus memperkirakan, pelanggan data EXCL bisa tumbuh hingga 25%.
Dus, ia menghitung, pendapatan EXCL tahun depan akan tumbuh 8,8% menjadi Rp 23,3 triliun dari proyeksi pendapatan tahun ini Rp 21,4 triliun. Pun begitu laba bersih, bisa naik 6,45% menjadi Rp 3,3 triliun di 2013, dari perkiraan laba bersih tahun 2012 sebesar Rp 3,1 triliun.
Analis Trimegah Securities, Robby Hafil juga melihat, ekspansi layanan data 3G EXCL yang cukup agresif akan membantu meningkatkan kinerja mereka di tahun depan. Ia memperkirakan, pendapatan dan laba bersih XL akan tumbuh masing-masing 12,7% dan 17,9% pada tahun 2013. Tahun ini pendapatan dan laba bersih EXCL diprediksi mencapai Rp 21 triliun dan Rp 3 triliun.
Tapi, Chandra Sahala Pasaribu, analis Danareksa Sekuritas mengingatkan, meski pengguna data EXCL tumbuh signifikan, margin yang diperoleh dari layanan data tidak sebesar voice dan SMS. Ia melihat, pengguna layanan SMS dan voice tetap tinggi. "Pengguna layanan data tetap terbatas," tuturnya.
Apalagi, industri telekomunikasi di Indonesia cenderung memasuki fase mature, terlihat dari pertumbuhan yang melambat. Atas dasar itu, Chandra memprediksi, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih EXCL ke depannya paling banter hanya mencapai 10% year on year.
Stifanus menambahkan, margin EBITDA EXCL memang cenderung turun dari 50% di 2011, kemungkinan menjadi 46,8% di 2012. Toh, kondisi keuangan EXCL cukup sehat. Dia pun merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga Rp 8.000, mencerminkan PER 16,1 kali.
Chandra juga melihat, neraca keuangan EXCL dalam kondisi sehat. Hitungan dia, debt to equity ratio (DER) EXCL masih di bawah 100%. Artinya, utang mereka lebih kecil ketimbang modalnya.
Cuma, harga saham EXCL dinilai sudah mahal meski PER-nya baru 15 kali, lebih rendah ketimbang rata-rata industri sebesar 17 kali. Dus, Chandra merekomendasikan jual saham EXCL dengan target harga Rp 5.600 per lembar saham. Sedangkan, Robby Hafil menyarankan hold saham EXCL dengan target harga Rp 7.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News