Reporter: Hari Widowati, Avanty Nurdiana | Editor: Test Test
JAKARTA. Investor asing kembali memanen untung dari saham-saham emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu produk exchange traded fund (ETF), alias reksadana yang diperdagangkan layaknya saham, di New York Stock Exchange (NYSE), yang memiliki aset dasar saham-saham di BEI menjadi ETF paling top di Amerika Serikat (AS).
Akhir pekan lalu, media online TheStreet.com menobatkan Market Vectors Indonesia Index ETF sebagai ETF dengan peringkat dan kinerja terbaik di antara 11 ETF yang dipantaunya. Dalam setahun terakhir, ETF yang diterbitkan oleh Van Eck Global pada Januari 2009 ini mengumpulkan keuntungan (return) sebesar 146,34%.
ETF yang menggunakan kode IDX di NYSE ini memiliki dana kelolaan sebesar US$ 234 juta. Portofolio terbesarnya ada di saham PT Astra International Tbk (ASII), yaitu 8,36% dari total aset. Kemudian, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLK) 7,21%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) 7,02%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 5,93%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 5,62%. Berdasarkan data Van Eck Global, per Jumat pekan lalu (19/2), ada 27 saham emiten BEI yang menjadi aset dasar ETF.
Rekomendasi beli
TheStreet.com memberikan peringkat A plus atau excellent pada Market Vectors Indonesia Index ETF. Alhasil, ETF ini layak dibeli. Menurut Van Eck Global, investor yang ingin membeli saham ETF ini bisa mencarinya di pasar sekunder. "Caranya sama seperti membeli atau menjual efek yang bisa ditransaksikan di bursa, yaitu lewat broker," tulis Van Eck, di situsnya. Jumat lalu, harga ETF ini mencapai US$ 64,42 per unit, naik 0,75% dari harga penutupan hari sebelumnya sebesar US$ 63,92 per unit.
Selain Indonesia Index ETF ini, TheStreet.com juga memberikan peringkat A plus untuk Direxion Mid Cap Bull 3X Shares yang berkode MWJ. ETF ini mengumpulkan keuntungan sebesar 119% dalam setahun terakhir. Portofolio terbesar MWJ dialokasikan ke saham Zions Bancorporation (ZION),Whitney Holding (WTNY), dan Synovus Financial (SNV).
Di urutan ketiga, ada Claymore/NYSE Arca Airline ETF yang berkode FAA. Setahun terakhir, FAA memberikan keuntungan 33%. Saham-saham yang menjadi aset dasar ETF ini adalah saham Delta Air Lines (DAL), AMR Corp. (AMR), dan Southwest Airlines (LUV).
Analis PT Infovesta Utama, Rudiyanto, mengatakan ETF di luar negeri dibentuk karena manajer investasi (MI) di sana sulit mengalahkan laju indeks saham dalam memberikan gain. Berbeda dengan di Indonesia, di mana MI bisa mengalahkan indeks. Rudi menduga, Indonesia Index ETF menggunakan portofolio saham-saham emiten yang menjadi penggerak bursa. "Nah, kebetulan mungkin dia memilih saham yang tepat sehingga hasilnya juga lebih baik," imbuhnya.
Di Indonesia, Indopremier ETF LQ45 mengacu pada pergerakan indeks saham. "Setahun terakhir ETF ini memberikan return 83,6%," ujar Rudi. Dia memperkirakan, ada potongan biaya administrasi untuk ETF Indopremier LQ45. Sehingga, keuntungan yang diterima lebih kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News