kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

ETF berpotensi untung signifikan bila pasar saham dalam tren bullish


Rabu, 27 Maret 2019 / 21:42 WIB
ETF berpotensi untung signifikan bila pasar saham dalam tren bullish


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah potensi bullish pasar saham Indonesia sepanjang tahun ini, produk Exchange Traded Fund (ETF) memiliki prospek yang menarik bagi para investor.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kebanyakan ETF yang beredar di Indonesia memiliki acuan berupa indeks-indeks konstituen seperti LQ45, IDX30, SRI-KEHATI dan sebagainya.

Hal ini cukup menguntungkan lantaran pasar saham secara umum dalam tren yang positif sepanjang tahun ini. Secara historis pun, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) positif, maka indeks-indeks konstituen berpotensi mencetak kinerja di atas IHSG.

“Tahun ini IHSG diprediksi bisa tumbuh 10%. Dengan begitu, indeks lain seperti SRI-KEHATI bisa tumbuh sekitar 12% hingga 15%,” papar Wawan memberi contoh, Rabu, (27/3).

Memang, keuntungan tersebut sebenarnya bisa berubah menjadi risiko bagi para investor. Sebab, ketika IHSG bergejolak, indeks-indeks lain yang jumlah sahamnya lebih sedikit rentan terkoreksi lebih dalam.

Investor pun mesti sadar bahwa ETF didesain agar imbal hasilnya dapat menyerupai kinerja indeks. Hasilnya, manajer investasi tinggal memastikan supaya tracking error ETF dengan indeks acuannya mengecil.

Hal tersebut justru membuat kinerja ETF terlihat lebih konsisten sekaligus mudah diproyeksikan ketimbang reksadana saham biasa.

Selain itu, investor juga perlu mencermati risiko likuiditas. Pasalnya, sejauh ini transaksi ETF di pasar sekunder lebih minim dibanding di pasar primer.

Risiko ini dapat diminimalisir apabila investor memiliki ETF berjumlah satu unit kreasi atau 100.000 unit penyertaan. Jumlah unit sebanyak itu dirasa cukup aman bagi investor jika ingin bertransaksi di pasar sekunder.

“Kalau kurang dari itu, investor bisa terancam mendapat harga jual yang di bawah harga pasar,” ujar Wawan.

Terlepas dari risiko yang ada, Wawan melihat permintaan terhadap ETF akan terus meningkat di masa mendatang. Fitur-fitur yang dimiliki oleh ETF pun menjadikan instrumen ini sebagai salah satu inovasi baru dalam berinvestasi.

“Investor ETF akan terus bertambah mengingat jumlah reksadana saham konvensional yang mampu mengalahkan kinerja indeks secara konsisten relatif jarang ditemukan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×