kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Enam reksadana baru berisi efek konservatif


Rabu, 08 Juli 2015 / 11:42 WIB
Enam reksadana baru berisi efek konservatif


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kondisi pasar modal yang masih volatil tidak memberikan banyak pilihan bagi manajer investasi (MI) dalam meluncurkan reksadana anyar. Alhasil, produk-produk defensif menjadi pilihan yang akan dirilis pada semester kedua tahun ini.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, setidaknya ada enam reksadana anyar yang telah mendapatkan izin efektif. Produk tersebut merupakan kelolaan dari tiga MI. Semuanya merupakan reksadana yang terbilang defensif

Rinciannya, satu reksadana pasar uang racikan PT Trimegah Asset Management Lalu, empat reksadana terproteksi milik PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), serta satu reksadana penyertaan terbatas terbitan kelolaan PT PNM Investment Management (PNM-IM).

Sjane Like Kaawoan, Direktur Trimegah Asset Management, mengatakan, reksadana pasar uang yang akan dirilis bernama Trimegah Pundi Kas 6. Kalau tak ada onak dan duri, produk ini meluncur sekitar Agustus hingga September mendatang.

Like mengakui, salah satu alasan pemilihan produk pasar uang karena kondisi pasar modal sedang volatil. "Pemilihan jenis pasar uang juga berdasarkan  permintaan sejumlah investor institusi. Mereka melihat pasar modal masih volatil, sehingga membutuhkan instrumen investasi yang relatif aman," paparnya.

Apalagi, katanya, sejumlah investor institusi tengah kelebihan likuiditas, namun enggan menanggung risiko untuk masuk ke pasar modal di tengah kondisi yang fluktuatif.

Pertimbangan pasar yang volatil juga menjadi alasan Mandiri Manajemen Investasi meracik empat produk reksadana terproteksi.

Mauldy Rauf Makmur, Head of Corporate Secretary MMI, menjelaskan, penerbitan empat produk baru merupakan kerjasama MMI dengan sejumlah bank agen penjual reksadana. "Kami ingin mengubah sudut pandang bahwa di tengah pasar yang volatil, investor tak bisa berinvestasi. Padahal masih ada pilihan menarik seperti reksadana pasar uang maupun reksadana terproteksi," ujar Mauldy.

Keempat reksadana terproteksi MMI  beraset dasar obligasi korporasi dengan masing-masing tenor berkisar dua tahun hingga tiga tahun. Obligasi yang dipilih berasal dari perusahaan sektor keuangan dan infrastruktur. "Peluncuran sebagian produk kemungkinan setelah Lebaran," ungkapnya.

MMI membidik dana kelolaan sekitar Rp 1 triliun dari empat produk anyar ini pada akhir tahun ini. Adapun imbal hasil yang ditawarkan bagi masing-masing produk sekitar 7% hingga 8%. "Yang jelas di atas bunga deposito," tukas Mauldy.

Sementara, Like menjelaskan, Trimegah Pundi Kas 6 akan menempatkan maksimal 20% dana kelolaan di efek surat utang bertenor kurang dari 1 tahun. Minimal 80% dana kelolaan diputar pada deposito. Trimegah mengincar dana kelolaan produk ini mencapai Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar pada akhir tahun ini.

Sulit tebak arah pasar

Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mengatakan, saat ini, penerbitan reksadana anyar mengarah pada produk-produk konservatif, seperti reksadana pasar uang, penyertaan terbatas, dan terproteksi. Sebab, sejumlah faktor menyebabkan arah pasar modal masih sulit ditebak. Misalnya, kemungkinan bubble pasar modal China yang bisa berimbas  pada minat investor asing pada bursa emerging market, seperti Indonesia.

"Sejumlah faktor domestik juga menyebabkan  pergerakan pasar modal dalam negeri sulit ditebak. Apalagi, pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mahal," lanjut Parto. Meski demikian, lanjut Parto, reksadana jenis lain yang agresif masih berprospek, tapi untuk jangka menengah hingga panjang.

Analis Infovesta Utama Viliawati menilai, selain karena menyesuaikan kondisi pasar, ada kemungkinan pemilihan reksadana pasar uang lantaran MI ingin menambah varian produk. Sebab, pada semester pertama tahun ini sudah banyak reksadana saham anyar yang terbit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×