Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON. Enam perusahaan, termasuk ExxonMobil Corp, membeli total 11 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS. Sebuah dokumen Departemen Energi menunjukkan pada hari Jumat,penjualan itu akan berlangsung menjelang sanksi pemberlaukan sanksi AS terhadap Iran.
Penjualan minyak dari cadangan itu memang amanat undang-undang sebelumnya untuk mendanai pemerintah federal serta mendanai program anti-narkoba. Hanya saja, Pemerintahan Trump terbilang paling awal menjual minyak mentah di bawah hukum tersebut dari waktu yang tersedia.
Penjualan itu dianggap mencerminkan kekhawatiran Presiden Donald Trump mengenai bakal ketatnya minyak terkait penerapan kembali sanksi minyak Iran. Analis di ClearView Energy Partners mengatakan hal itu pada 20 Agustus lalu, seperti dikutip Reuters.
Pada bulan Mei, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir Iran antara lima kekuatan dunia lainnya dan Teheran. Pemerintah mendesak negara-negara untuk mengurangi pembelian minyak Iran dari Republik Islam ke nol atau menghadapi sanksi yang mungkin setelah November.
Amerika Serikat dalam kasus-kasus tertentu akan mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengurangi impor minyak dari Iran sementara memberlakukan kembali sanksi terhadap Tehran, kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Exxon membeli sekitar 3,3 juta barel minyak dari cadangan yang disimpan dalam gua-gua bawah tanah di Texas dan Louisiana. Perusahaan lain yang membeli minyak adalah Marathon Petroleum Corp (1,4 juta barel), Motiva Enterprises LLC (2,4 juta barel), Phillips 66 (2 juta barel), Royal Dutch Shell PLC (1,6 juta barel), dan Valero Energy Corp (330.000 barel).
Minyak yang pengiriman melalui pipa dan kapal itu dijual dalam kisaran US$ 67,66 per barel hingga US$ 69,05 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News