kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten semen menggenjot hilirisasi, efektifkah mengurangi oversupply?


Kamis, 12 Maret 2020 / 21:18 WIB
Emiten semen menggenjot hilirisasi, efektifkah mengurangi oversupply?
ILUSTRASI. Beberapa emiten semen mulai merambah bisnis hilir guna mengatasi kondisi kelebihan pasok semen.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten semen mulai merambah bisnis hilir (turunan) guna mengatasi kondisi kelebihan pasok (oversupply) semen di pasaran. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) misalnya, mulai merambah bisnis tanah liat (white clay). SMBR telah menandatangani kontrak kerja sama jual beli tanah liat dengan Pupuk Sriwijaya selama tiga tahun dengan total volume sebesar 150 ribu ton.

Selain tanah liat, emiten pelat merah ini merambah lini bisnis beton porous, semen mortar dan bata ringan. Emiten pelat merah lainnya, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga melakukan hal yang sama.

Melalui rebranding Semen Indonesia Group (SIG), SMGR berupaya mengatasi oversupply dengan menyediakan solusi bahan bangunan yang inovatif, terbaru, dan bernilai tambah. Tahun ini, SMGR mengucurkan belanja modal (capex) senilai Rp 2 triliun, yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan produk derivatif.

Baca Juga: Lakukan hilirisasi, Semen Baturaja (SMBR) rambah bisnis tanah liat hingga bata ringan

Emiten semen lainnya, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga telah memiliki beragam produk turunan, sebut saja beton siap pakai atau Ready Mix Concrete (RMC) dan produk mortar semen. “Di tahun ini, kami akan berusaha untuk meningkatkan produksi dan penjualan semen mortar karena pasarnya sedang berkembang cukup baik di Indonesia,” terang Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos, hari ini.

Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan menilai, ikhtiar emiten semen untuk merambah ke produk hilir masih berdampak sangat minim terhadap kondisi oversupply semen. Meilki menilai, dengan adanya produk turunan seperti beton jadi akan berdampak positif terhadap pendapatan SMGR dan INTP.

Baca Juga: Indocement (INTP) belum mau buy back saham, ini alasannya

“Saya memperkirakan, sepanjang 2020 kontribusi penjualan dari produk turunan tersebut tidak akan melebihi 4% dari total pendapatan, bisa dikatakan masih sangat minim dampaknya untuk meminimalisasi dampak dari oversupply semen,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id.

Adapun dampak penurunan suku bunga acuan BI pada bulan Februari kemarin baru akan terasa kuartal kedua 2020 seiring peningkatan daya beli properti dan mulai berjalannya proyek properti. Meilki menilai, jika industri properti sudah mulai menunjukkan data peningkatan penjualan, maka penjualan semen berpotensi tumbuh sekitar 5%.

Meilki optimistis penjualan semen secara tahunan masih bisa bertumbuh sepanjang 2020. Namun level pertumbuhannya akan moderat dan tidak bisa tumbuh double digit.
 
“Estimasi pertumbuhan itu belum menyertakan unsystematic risk jadi masih dinamis untuk ke depan jika kita melihat masih adanya sentimen virus corona saat ini,” sambung dia.

Baca Juga: Cuaca ekstrem gerus penjualan emiten semen di bulan Januari 2020

Dia pun memberi rekomendasi hold saham SMGR dan INTP di target harga masing-masing Rp14.300 dan Rp21.000 per saham.

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham INTP turun 10,07% ke level Rp 12.050. Saham SMGR turun 11,57% ke level Rp 8.025 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×