CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Emiten sektor ritel diprediksi akan menghadapi tahun yang sulit


Minggu, 09 Februari 2020 / 16:31 WIB
Emiten sektor ritel diprediksi akan menghadapi tahun yang sulit
ILUSTRASI. Ilustrasi belanja ritel.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor ritel akan dihadapkan pada kondisi yang kurang menguntungkan pada tahun 2020. Berbagai kalangan melihat perkembangan kondisi saat ini justru membuat emiten sektor ritel pada titik yang sulit.

Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian menilai prospek sektor ritel pada tahun ini sudah tidak terlalu bagus. Terlebih lagi untuk low end retailers. Sementara untuk emiten ritel yang memiliki middle up segment dinilai Robert masih memiliki potensi untuk berkembang.

“Kami melihat dari low income-nya kurang bagus, bahkan beberapa emiten growth-nya sudah melambat. Hal ini diperparah belum ada tanda-tanda atau kebijakan yang bisa meningkatkan pengeluaran kelompok low end segment,” ujar Robert kepada Kontan.co.id, Minggu (9/2).

Baca Juga: Optimisme Konsumen Turun, Saham Barang Konsumen Masih Oke

Pada tahun 2020, banyak kebijakan yang bisa berdampak menekan pengeluaran kelompok low end. Salah satunya adalah keputusan pemerintah untuk memangkas subsidi energi dan non-energi sebesar 6,6% secara year on year (yoy), di mana subsidi bahan bakar akan dipangkas 16,6% secara yoy.

“Selain soal subsidi bahan bakar, pemerintah juga berencana akan mencabut subsidi tarif listrik 900-VA. Pencabutan subsidi ini tentu imbasnya adalah naiknya harga tarif listrik di mana kelompok penggunanya adalah mid to low segments,” tambah Robert.

Berdasarkan catatan Robert, ketika pemerintah memangkas subsidi listrik pada 2015 dan 2017, single-digit same-store sales growth (SSSG), pendapatan, dan laba bersih emiten ritel mengalami penurunan. Sebab dengan pemangkasan subsidi listrik, porsi private consumption justru menurun sehingga berdampak langsung terhadap kinerja emiten ritel.

Hal yang sama juga diungkapkan analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya. Menurutnya, tak hanya pencabutan subsidi listrik dan bahan bakar yang memberatkan prospek emiten ritel. Namun faktor lain seperti pemangkasan anggaran Program Keluarga Harapan (PKH), naiknya iuran BPJS Kesehatan dan harga rokok semakin memperpanjang katalis negatif.

“Anggaran PKH dipotong dari Rp 36 triliun dan jadi Rp 29 triliun. Sementara naiknya iuran BPJS Kesehatan dan cukai rokok akan semakin memperbesar anggaran pengeluaran kelompok menengah ke bawah,” terang Christine.

Baca Juga: Mega Perintis (ZONE) anggarkan capex Rp 30 miliar untuk ekspansi

Christine melihat perpaduan ini semua bisa membuat daya beli masyarakat turun yang pada akhirnya berdampak terhadap penjualan emiten ritel. Ia juga menambahkan salah satu katalis positif yang bisa mendorong pengeluaran konsumen juga diprediksi akan mulai berkurang pada tahun ini, yakni promo dari dompet digital.

“Sejak semester II-2017 hingga semester I-2019 promo dari dompet digital sangat agresif, saya rasa pada tahun ini dompet digital sudah tidak lagi gencar dalam menawarkan promo. Berdasarkan riset kami, saat ini para pemain top dompet digital sudah menawarkan promo lebih rendah dibandingkan periode tersebut,” terang Christine.

Kendati diselimuti awan mendung, setidaknya masih terdapat secercah harapan terhadap pertumbuhan emiten ritel. Analis Indo Premier Sekuritas Kevie Wijaya dalam risetnya pada 23 Januari 2020 menulis setidaknya terdapat dua faktor yang bisa mendorong kinerja emiten ritel.

“Dengan kenaikan harga CPO di 2020, emiten ritel bisa terkena imbasnya karena dapat meningkatkan lagi daya beli masyarakat. Pengeluaran pada hari raya juga bisa lebih baik dengan pembayaran THR yang di awal,” tulis Kevie dalam risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×