kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Emiten Ritel Elektronik Memiliki Prospek Cerah Pasca-Reopening di China


Jumat, 27 Januari 2023 / 17:31 WIB
Emiten Ritel Elektronik Memiliki Prospek Cerah Pasca-Reopening di China
ILUSTRASI. Emiten ritel elektronik berpotensi pulih dari tekanan akibat penurunan daya beli.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten ritel elektronik cukup tertekan pada tahun lalu akibat pandemi Covid-19 di China. Suramnya kondisi bisnis ditambah adanya masalah geopolitik antara Rusia dan Ukraina sehingga menggangu distribusi cip semikonduktor.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menilai, prospek emiten ritel elektronik di 2023 akan lebih positif dibandingkan tahun 2022 lantaran perekonomian sudah mulai kembali pulih. Adapun pada tahun 2022, kinerja emiten ritel elektronik sempat mengalami gangguan akibat dari suplai cip semikonduktor terganggu lantaran adanya lockdown di China akibat covid 19.

"Ada gangguan dari suplai cip semikonduktor akibat lockdown covid 19 di China. China merupakan produsen cip terbesar di dunia dan cip-cip Samsung, Apple, Xiaomi dan lainnya berasal dari China," kata Steven kepada Kontan.co.id, Jumat (27/1).

Lebih lanjut, adanya gangguan suplai cip tahun 2022 lalu, akibat adanya perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan adanya gangguan rantai pasok global.

Baca Juga: Indeks LQ45 Dikocok Ulang, Simak Saham Pilihan yang Menarik

Menurut Steven tahun 2023 terlihat perang sudah mulai mereda dan China sudah mulai reopening secara total setelah Covid-19. Sehingga emiten ritel elektronik bisa menikmati pertumbuhan bisnis baik dari sisi top line maupun bottom line.

Prospek positif ini juga seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat Indonesia pasca kenaikan BBM bersubsidi pada September 2022  dan inflasi domestik yang sudah mulai melandai. Sentimen positif yang dapat mendukung kinerja emiten ritel berasal dari turunnya harga BBM non-subsidi.

"Hal ini membuat kalangan menengah ke atas semakin percaya diri untuk belanja barang-barang yang tergolong kebutuhan sekunder yaitu elektronik," kata dia.

Baca Juga: Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Februari-Juli 2023

Steven menambahkan, sentimen positif lain adalah prediksi sejumlah ekonom bahwa Bank Indonesia (BI) tidak perlu menaikkan suku bunga kembali karena BI Rate saat ini sudah lebih tinggi daripada tingkat inflasi inti (core inflation). Sehingga masyarakat yang ingin beli barang elektronik secara cicilan tidak terbebani suku bunga tinggi.

Namun, sentimen negatif bagi emiten ritel elektronik berasal dari kenaikan UMR dan nilai tukar rupiah. Walaupun kurs rupiah sudah terapresiasi belakangan ini dari Rp 15.800 per dolar sekarang menjadi Rp14.975 per dolar AS, ancaman depresiasi rupiah masih tetap ada di tahun 2023.

Steven menjelaskan faktor yang menyebabkan dari adanya peluang The Fed untuk bersikap hawkish, potensi eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan potensi eskalasi konflik di Taiwan, sebab Taiwan merupakan salah satu produsen utama cip semikonduktor global.

Steven merekomendasikan beli saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan target harga di Rp 630 per saham. Jumat (27/1), harga saham ERAA turun 1,43% ke Rp 414 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×