Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten beramai-ramai menerbitkan surat utang menjelang tutup tahun 2024. Dana yang dihimpun terbilang jumbo dengan nilai di atas Rp 1 triliun.
PT Petrosea Tbk (PTRO) misalnya, yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I-2024 senilai Rp 1 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan I tahap I sebesar Rp 500 miliar. Masa penawaran umum telah berlangsung pada 9 Desember - 10 Desember 2024.
Kemudian ada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang menerbitkan obligasi berkelanjutan V Tahap III dengan jumlah pokok sebesar Rp 2,5 triliun. Masa penawaran umum akan digelar pada 27 Desember 2024 - 2 Januari 2025.
Baca Juga: Menakar Daya Tarik Pasar Modal Indonesia Bagi Investor Asing pada 2025
Di sektor keuangan ada dua emiten perbankan, PT Bank SMBC Indonesia Tbk (BTPN) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR). BTPN menawarkan obligasi senilai Rp 1,39 triliun, dengan jadwal masa penawaran umum pada 11 Desember - 12 Desember 2024.
Sementara BJBR menerbitkan surat berharga perpetual dengan jumlah pokok Rp 1 triliun, yang akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Desember 2024. Selain itu, sejumlah emiten lain belum lama ini mencatatkan obligasi dan sukuk di BEI.
Contohnya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang menerbitkan obligasi senilai Rp 2,54 triliun dan sukuk sebesar Rp 959,22 miliar. Masih dari Grup Sinar Mas, ada PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang menerbitkan obligasi Rp 3,5 triliun dan sukuk senilai Rp 2 triliun.
Di samping itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga telah menerbitkan obligasi dengan nilai Rp 2 triliun. Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengamati pendanaan melalui penerbitan surat utang menjadi strategi yang menarik bagi emiten di tengah pelonggaran kebijakan suku bunga acuan.
"Pemangkasan suku bunga berdampak pada cost of fund yang lebih murah dan membantu perbaikan leverage emiten dengan pendanaan yang lebih murah," kata Audi kepada Kontan.co.id, Selasa (10/12).
Audi menambahkan, penerbitan surat utang di akhir tahun ini juga sejalan dengan maraknya obligasi atau sukuk yang akan jatuh tempo, sehingga mendorong terjadinya refinancing. Selain itu, penghimpunan dana bisa menjadi modal kerja untuk mengeksekusi agenda-agenda bisnis emiten pada tahun depan.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyoroti penerbitan surat utang untuk keperluan refinancing maupun untuk penambahan modal mencerminkan aktivitas bisnis yang berputar.
Baca Juga: Perbankan dan Pemerintah Rebutan Dana, Likuiditas Berpotensi Kian Seret
Wawan membenarkan, ekspektasi pelonggaran suku bunga menjadi faktor penting dalam penerbitan obligasi saat ini.
"Ekspektasi suku bunga turun momentum yang menarik bagi emiten untuk menerbitkan, karena penerbitan selanjutnya bila suku bunga turun akan memberikan imbal hasil lebih rendah. Ini mendorong investor yang memang membutuhkan obligasi untuk membeli saat ini," terang Wawan.
Wawan pun melihat minat investor terhadap surat utang akan selalu ada, apalagi untuk emiten yang memiliki rating investment grade. Secara umum, investor juga membutuhkan obligasi yang relatif aman dan memberikan imbal hasil di atas Surat Utang Negara (SUN).
Audi menimpali, dari sisi investor, obligasi korporasi dapat menjadi alternatif untuk diversifikasi portfolio dengan target return yang lebih tinggi dari surat utang pemerintah. Tapi dari sisi investor saham, mesti selektif dalam menilai prospek emiten yang menerbitkan obligasi.
Wawan menekankan agar tetap mencermati fundamental perusahaan, prospek bisnis, sentimen sektoral, serta likuiditas dan valuasi sahamnya.
Di antara emiten yang menerbitkan surat utang, Wawan melirik INKP yang secara valuasi cenderung murah dengan prospek jangka panjang industri kertas yang tetap cerah.
Sedangkan Audi menjagokan saham perbankan, dengan menyematkan speculative buy pada BJBR dan BTPN. Hitungan Audi, BJBR memiliki support pada Rp 935 dan resistance di Rp 1.000. Sementara support BTPN ada di Rp 2.310 dengan support di Rp 2.560 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News