kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten properti memilih untuk menahan diri


Kamis, 11 Februari 2016 / 21:15 WIB
Emiten properti memilih untuk menahan diri


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Setelah menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2015, sektor properti masih belum mau terlalu ekspansif tahun ini. Sejumlah emiten cenderung menekan belanja modal tahun ini dan tidak terlalu agresif mematok target pra penjualan.

Emiten-emiten properti seperti sudah belajar dari kondisi tahun lalu. Mereka ramai-ramai memasang target agresif di awal tahun lantaran kondisi pasar cenderung bagus. Namun akhirnya harus gigit jari lantaran tak mencapai target akibat gejolak ekonomi yang terjadi sejak kuartal II.

Total target marketing sales atau pra penjualan dari sepuluh emiten tahun ini mencapai Rp 41,56 triliun atau tumbuh 21% tahun ini dibanding dengan realisasi tahun 2015. Kendati tumbuh, namun perlu diingat bahwa pencapaian marketing sales sebagian besar emiten tahun lalu jauh dari target awal.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mematok target marketing sales sama dengan perolehan tahun lalu yakni masing-masing Rp 6,8 triliun dan Rp 3,1 triliun. Sedangkan target PT Ciputra Development Tbk (CTRA) hanya tumbuh 8% menjadi Rp 10 triliun dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) tumbuh 4,6% menjadi Rp 4,5 triliun.

Target paling tinggi dipatok oleh PT Alam Sutera Tbk (ASRI) yakni 163%, PT Sentul City Tbk (BKSL) 66%, PT Moderland Realty Tbk (MDLN) 32%, PT Intiland Development Tbk (DILD) 31%, PT PP Properti Tbk (PPRO) 30%, dan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) 30%.

Sedangkan total anggaran capex dari delapan emiten mencapai Rp 11,7 triliun atau tumbuh 8% dari anggaran tahun 2015. Adapun emiten yang menurunkan capex antara lain CTRA, MDLN, MTLA, dan ASRI. Sedangkan DILD menganggarkan belanja modal sama dengan anggaran tahun lalu. Hanya PPRO, SMRA dan BKSL yang menaikkan capex masing-masing 40%,68% dan 44%.

Thendra Chrisnanda, Analis BNI Sekuritas memperkirakan sektor properti akan mengalami pemulihan tahun ini. Namun, dia melihat pertumbuhan yang terjadi hanya akan bersifat terbatas karena tantangan sektor ini masih belum berakhir. "Oleh karenanya kita masih netral untuk properti saat ini," kata Thendra pada KONTAN, Kamis (11/2).

Menurutnya, kenaikan saham-saham properti belakang ini hanya bersifat sementara karena ditopang oleh kenaikan suku bunga acuan (BI rate) bulan lalu sebesar 25 basis poin.

Selanjutnya, Thendra melihat prospek sektor properti akan tergantung pada tiga faktor. Pertama, efektivitas dari program pengampunan pajak (tax amnesti). Thendra bilang, isu ini yang membuat wajib pajak menahan pembelian properti.

Sementara Rancangan Undang-Undang (RU) Tax amnesty saat ini masih belum di bahas di DPR. Oleh karena itu, posisi wajib pajak masih menahan diri mengalokasikan uangnya ke properti lantaran menunggu undang-undangnya diteken.

Menurut Thendra jika aturan Tax amnesty sudah rampung dan aturan tersebut berjalan efektif maka akan bisa menopang segmen property tahun ini. Dia memperkirakan, sentimennya akan berdampak sangat besar menopang saham-saham properti. “Hanya saja, dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis akan membutuhkan waktu."Itu baru bisa dilihat dari pencapaian marketing sales nanti," imbuh Thendra.

Faktor kedua adalah daya beli masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi di tengah realisasi proyek-proyek infrastruktur. BNI Securitas memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan mencapai 5,18%.

Ketiga, ada potensi penurunan BI rate 50 basis poin. Thendra memaparkan penurunan ini akan memberi dampak positif terhadap industri properti karena penurunan sebesar itu berpotensi ditranslasikan ke penurunan suku bunga kredit hingga 1%. "Dampaknya tidak langsung, tapi butuh waktu 3- 6 bulan," jelasnya.

Selain itu, Thendra melihat tantangan sektor properti tahun ada pada pergerakan nilai tukar. Menurutnya, penguatan nilai tukar saat ini baru bersifat sementara seiring menguatnya mata uang berbagai negara terhadap dollar AS setelah kebijakan yang dilakukan Bank sentral Jepang.

Adapun Thendra lebih memilih saham emiten properti yang memiliki kondisi keuangan yang bagus. Dia merekomendasikan buy saham BSDE, SMRA, PWON dan CTRP dengan target harga masing-masing Rp 2,360, Rp 1.830, Rp 545 dan Rp 470. Sedangkan saham CTRA masih under review.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×