Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti dinilai masih tangguh menghadapi ancaman kenaikan suku bunga. Berbagai sentimen positif membuat sektor properti bisa mengontrol inflasi.
Banyak pihak memprediksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 September 2022 mendatang. BI diprediksikan merespons kondisi global.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menyebutkan, kenaikan suku bunga memang berpotensi mempengaruhi kinerja emiten properti, terutama dari sisi penjualan karena suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) akan naik. Ditambah lagi adanya pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan material konstruksi yang dapat menekan profitabilitas.
Baca Juga: Masih Marak, BEI Kantongi 28 Calon Emiten dalam Pipeline
Tetapi Henan Putihrai memperkirakan dampak tersebut tidak signifikan karena suku bunga saat ini masih termasuk rendah jika dibandingkan 10 tahun terakhir. Selain nilai suku bunga yang masih relatif rendah, Jono bilang, sektor properti saat ini masih terdorong sentimen positif dengan adanya kebijakan relaksasi loan to value (LTV) dari BI sampai Desember 2022.
"Juga masih ada insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) meskipun berakhir di akhir bulan ini," ungkap Jono kepada Kontan.co.id, Rabu (14/9). Apalagi, Real Estate Indonesia (REI) sudah mengajukan perpanjangan PPN DTP tersebut sampai awal tahun 2023.
Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menambahkan, potensi perpanjangan diskon PPN DTP menjadi pendorong bagi sektor properti. Mikael optimistis kenaikan suku bunga masih bisa ditangani oleh emiten properti. Dengan catatan, kenaikan suku bunga akan dilakukan bertahap sebesar 50 bps-100 bps dalam waktu dekat.
"Suku bunga tersebut masih akan lebih rendah dibandingkan dengan kondisi pasar," ucap Mikael.
Meski kenaikan suku bunga merupakan katalis negatif bagi sektor properti, Mikael menilai sektor ini akan bertumbuh secara perlahan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Beri Rekomendasi Saham Beli untuk Ciputra Development (CTRA), Ini Kata Henan Putihrai
Hal senada diungkapkan Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova terkait nasib emiten properti di tengah kenaikan suku bunga. Sejauh ini, tren jangka pendek saham properti masih cenderung menguat sehingga potensi untuk lanjut naik masih ada.
"Tentunya dampak pengumuman suku bunga BI nanti dapat memperhatikan dari pergerakan harga serta volume transaksi, apakah tren naik sebelumnya patah atau tidak," ujar Ivan.
Di pekan lalu, beberapa emiten properti bahkan menunjukkan pergerakan saham yang signifikan. Misalnya, harga saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), hingga PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) yang kompak naik.
Selain karena terdorong oleh kinerja ciamik, terdongkraknya harga saham emiten properti tersebut karena ada alasan-alasan lainnya. Misalnya pergerakan harga saham APLN karena adanya isu Mal Central Park hingga Senayan City akan diakuisisi oleh pihak asing.
Baca Juga: Prospek Ciputra Development (CTRA) Tetap Ciamik Meski Diselimuti Katalis Negatif
Yang jelas, Ivan menganalisis, pergerakan saham emiten properti dipengaruhi rotasi sektoral dengan peningkatan minat pelaku pasar. Pasalnya, saham-saham properti sebelumnya telah tertekan cukup jauh dan tertinggal dari sektor lain.
"Bagi investor tetap perlu mencermati kinerja emiten properti di kuartal ketiga yang seharusnya dirilis pada Oktober nanti untuk menjadi pertimbangan," imbuh Ivan.
Ivan merekomendasikan beli saham properti berikut ini dengan target PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Rp 700 per saham, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Rp 1.100 per saham, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) Rp 204 per saham, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) Rp 1.040 per saham untuk jangka pendek.
Baca Juga: Lonjakan Saham Agung Podomoro (APLN) di Tengah Jatuh Tempo Utang yang Kian Dekat
Mikael menjagokan saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan SMRA. Hal ini karena PWON memberikan pengurangan diskon mal sehingga diproyeksikan ada kenaikan marketing sales sebesar 28%. Serta, SMRA yang akan meluncurkan kluster Summarecon Crown Gading.
Sementara Jono mengajak investor untuk melirik saham properti yang memiliki diversifikasi area pengembangan di luar Jawa, pada daerah penghasil komoditas seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Selain itu emiten yang memiliki neraca kuat akan lebih mampu bertahan di tengah kondisi ketidakpastian global saat ini. Kami merekomendasikan buy CTRA dengan target harga Rp 1.500," kata Jono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News