kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten kawasan industri siap kerek harga lahan 15%


Selasa, 19 Januari 2016 / 19:42 WIB
Emiten kawasan industri siap kerek harga lahan 15%


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Sejumlah emiten kawasan industri siap-siap mengerek harga penjualan lahan tahun ini. Rata-rata kenaikan harga lahan yang direncanakan lima emiten mencapai 10%-15%.

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) misalnya, berencana menaikkan harga lahan industri tahun ini sekitar 10%-15%. Menurut Tondy Suwanto, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS mengatakan kenaikan harga jual lahan memang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.

"Harga jual rata-rata lahan di kawasan industri Deltamas tahun 2015 sekitar Rp 1,9 juta -Rp 2,1 juta per meter persegi (m2). " kata Tondy kepada KONTAN baru-baru ini.

Tahun ini, DMAS tidak terlalu gencar mengincar penjualan lahan lahan. Anak usaha Sinarmas Grup ini hanya menargetkan pra penjualan atau marketing sales 50 hektare (ha)- 60 ha atau turun dari perolehan pra penjualan tahun lalu yakni 90 ha.

Tondy bilang, dengan kenaikan harga tersebut maka secara nilai target pra penjualan lahan DMAS akan sama dengan pencapaian tahun 2015 yakni sebesar Rp 1,7 triliun. Dia mengatakan, perseroan tidak memasang target secara agresif karena tantangan kondisi ekonomi Indonesia masih menghadapi banyak tantangan.

Adapun PT Modernland Realty Tbk (MDLN) akan menaikkan harga jual lahan karena exit pintu toll baru di kilometer (km) 52 Cikande akan rampung tahun ini. Sementara exit tol tersebut hanya berjarak 1 km dari pintu masuk kawasan industri Cikande milik perseroan.

Cuncun Wijaja, Sekretaris Perusahaan MDLN mengatakan, kehadiran jalan tol tersebut akan berdampak positif terhadap kawasan industri Cikande. Di akhir tahun lalu, harga jual rata-rata lahan MDLN Sekitar 1,7 juta per m2. "Jadi kita rencanakan ada kenaikan sekitar 10%-15%," ujarnya.

Meski ada kenaikan harga jual, MDLN justru menurunkan target marketing sales lahan industri menjadi Rp 1,2 triliun. Sementara tahun lalu, perseroan berhasil mencatat marketing sales dari kawasan industri sebesar Rp 1,4 triliun.

Begitu juga dengan PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Keduanya juga akan menaikkan harga jual lahan di kawasan industri yang mereka kelola tapi akan difokuskan pada lokasi-lokasi yang strategis saja.

Asa Siahaan, Sekretaris Perusahaan BEST mengatakan harga jual lahan di kawasan industri MM2100 Cibitung tahun lalu sekitar Rp 2 juta -Rp 3 juta per m3. Tahun ini, perseroan akan menaikkan harga jual rata-rata 10%. Marketing sales ditargetkan 25-30 ha atau naik 38%-66% dari pencapaian tahun lalu yakni 18 ha.

Sedangkan SSIA tahun ini menargetkan marketing sales 30 ha tahun ini, naik dari perolehan tahun lalu sekitar 21,2 ha.

Erlin Budiman, Investor relation SSIA bilang, perseroan akan mengerek harga jual 10%-15%. "Kenaikan terbesar akan dikenakan pada lokasi yang dekat dengat tol," ujarnya.

Erlin tidak mau menyebutkan harga jual rata-rata lahan perseroan sepanjang tahun lalu. Namun, sepanjang pertengahan pertama 2015, SSIA mengenakan harga jual rata-rata lahan US$ 158 per m2.

Tak ketinggalan, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) juga akan menaikkan harga lahan industri 10%-15%. Menurut Muliadi Suganda, kenaikan harga lahan selalu dilakukan setiap tahun sebagai bentuk penyesuaian.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai tantangan sektor kawasan industri tahun ini masih berat sejalan dengan tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi domestik masih rentan karena tekanan ekonomi yang terjadi di China.

Oleh karena itu, dia melihat para pengusaha tahun ini masih belum akan berani ekpasif sehingga permintaan akan lahan industri masih belum bisa tumbuh signifikan.

"Selain karena tekan ekonomi China, ini juga karena Tahun ini The Fed masih akan menaikkan suku bunga," kata Hans.

Kendati tantanganya masih berat, Hans melihat sektor kawasan industri masih berpotensi tumbuh sekitar 6%-8% karena kawasan industri akan diuntungkan dengan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, ekspektasi penurunan BI rate juga akan memberikan sentimen positif bagi sektor ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×