kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.202   22,00   0,14%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Emiten kabel prospektif, tapi hadapi kenaikan bahan baku


Senin, 19 Februari 2018 / 20:34 WIB
Emiten kabel prospektif, tapi hadapi kenaikan bahan baku
ILUSTRASI. Kabelindo Murni


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten industri kabel pada tahun ini diprediksi masih terbentang panjang. Hal ini lantaran pemerintah masih melanjutkan program listrik 35.000 megawatt. Namun, ada tantangan terkait kenaikan harga bahan baku.

Program listrik 35.000 MW merupakan program berkelanjutan hingga 2019 untuk membangun jaringan listrik dari Sabang sampai Merauke. Program ini pada tahun lalu juga menjadi sentimen positif bagi industri kabel. Hal ini, sekaligus menjadi stimulus bagi pergerakan harga saham emiten yang bergerak pada produksi kabel.

Hanya saja, pertengahan Februari 2018, harga komoditas tembaga, sebagai bahan baku kabel, sempat naik terutama karena pelemahan nilai tukar dollar AS. Hal ini berpotensi mengerek biaya produksi perusahaan.

Achmad Yaki, analis BCA Sekuritas mengatakan, pembangunan jaringan listrik 35.000 MW masih akan berlanjut. Pasalnya, sekitar November tahun lalu, progres yang sudah beroperasional sebanyak 2,47%. Sementara sekitar 43% masih dalam proses pembangunan dan sisanya masih dalam procurement dan lainnya. “Sektor ini masih menarik, karena demand masih akan tinggi,” kata Achmad, Senin (19/2).

Tahun ini, diprediksi permintaan kabel akan membaik, namun harga komoditas tembaga sudah naik pada tahun lalu. Bahan baku utama kabel itu, setidaknya sudah naik 30% year on year. Faktor ini dapat menekan kinerja industri kabel. Kenaikan tersebut bisa membebani biaya produksi kabel. “Nilai tukar dollar AS, memberikan pengaruh ke harga komoditas,” papar Achmad.

Beberapa emiten melayani penjualan kepada PLN. Misalnya saja PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI), di mana penjualan kepada PLN memberikan kontribusi pendapatan lebih dari 10%. Sampai dengan kuartal III-2017, penjualan kepada PLN sebesar Rp 963,16 miliar atau sekitar 44,81% dari seluruh total pendapatan.

Sedangkan pada PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM), penjualan kepada PLN berkontribusi Rp 251,54 miliar atau 32,65% dari total pendapatan kuartal III-2017 perseroan. Di PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) porsi penjualan terhadap PLN sebesar Rp 633,09 miliar atau sekitar 39,50% dari pendapatan kuartal III-2017.

Dia menilai, berdasarkan ratio saham, ada tiga emiten yang menarik untuk dikoleksi, yaitu KBLI, VOKS, dan JECC. Ketiganya dengan price to earning ratio (PER) dibawah 8 kali dan return on assets (ROA) di atas 16%.

Menurutnya, saham VOKS dan JECC, memiliki volume yang kecil. Bahkan JECC tidak terlalu likuid. “Untuk trading, KBLI bisa menjadi pilihan,” kata Achmad.

Achmad, merekomendasikan buy saham KBLI dengan target harga tedekat pada 560-640. Juga buy saham VOKS dengan target harganya 296, jika bisa break pada 268.

Pada perdagangan Senin (19/2), saham KBLI ditutup menguat 0,97% pada level Rp 520, VOKS melemah 0,81% di level Rp 246.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×