kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.774.000   15.000   0,85%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Emiten Grup Prajogo Kompak Gelar Buyback Saham Tanpa RUPS, Simak Prospek Kinerjanya


Jumat, 21 Maret 2025 / 20:49 WIB
Emiten Grup Prajogo Kompak Gelar Buyback Saham Tanpa RUPS, Simak Prospek Kinerjanya
ILUSTRASI. Emiten grup Prajogo Pangestu kompak melakukan buyback saham tanpa RUPS setelah harga sahamnya melemah


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten milik taipan Prajogo Pangestu kompak akan melakukan pembelian kembali alias buyback saham. Total dana yang disiapkan mencapai Rp 5 triliun.

Keempat emiten tersebut adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

TPIA berencana untuk menggelar buyback dengan anggaran Rp 2 triliun. Manajemen TPIA akan membeli maksimal 0,29%. Jumlah tersebut setara dengan 250 juta dari total saham yang telah dikeluarkan oleh TPIA.  

"Rencana buyback saham ini dilakukan sebagai salah satu upaya TPIA untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham," tulis manajemen TPIA dalam keterbukaan informasi beberapa waktu lalu.

Selain itu, pembelian kembali saham ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja saham sesuai dengan kondisi fundamental TPIA dan menjaga kepercayaan publik. 

Sementara CUAN menyiapkan dana buyback sebesar Rp 500 miliar. Jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 0,55% dari jumlah modal yang ditempatkan perusahaan. 

Baca Juga: Chandra Asri Pacific (TPIA) Siap Buyback, Siapkan Dana Rp 2 Triliun

BREN mengalokasikan dana sebanyak-banyaknya Rp 2 triliun untuk membeli kembali 0,2% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. 

"Biaya untuk melaksanakan buyback berasal dari saldo jas internal perseroan. Perseroan telah menyisihkan sejumlah dana untuk buyback yang berasal dari dana lebih yang tidak akan mengganggu operasional perseroan," kata manajemen BREN dalam keterbukaan informasi, Jumat (21/3). 

Terakhir, BRPT menyiapkan dana Rp 500 miliar untuk membeli sebanyak-banyaknya 0,7% dari jumlah seluruh saham yang telah diterbitkan perusahaan.

Buyback keempat emiten itu akan dilakukan tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan berlangsung dalam jangka waktu paling lama tiga bulan sejak 24 Maret 2025 hingga 23 Juni 2025. BREN, TPIA, dan CUAN menunjuk BNI Sekuritas untuk melakukan buyback, sementara BRPT menunjuk Sucor Sekuritas.

Per hari ini, baru TPIA dan BREN yang sudah merilis laporan keuangan tahun 2024.

TPIA mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$ 1,79 miliar pada 2024 atau turun 17,4% year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan bersih TPIA pada 2024 lalu terdiri atas segmen kimia dengan kontribusi sebesar US$ 1,69 miliar dan infrastruktur sebesar US$ 100,9 juta. 

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan TPIA berkurang 16,4% YoY menjadi US$ 1,74 miliar pada akhir 2024. 

TPIA juga mengalami penurunan EBITDA sebesar 41,5% YoY menjadi US$ 76,1 juta pada tahun lalu. 

Emiten ini pun mengalami pembengkakan rugi bersih setelah pajak mencapai 81,9% YoY menjadi US$ 57,3 juta hingga akhir tahun kemarin. 

Baca Juga: Dua Bos Chandra Asri Pacific (TPIA) Borong Saham, Berapa Nilainya?

Meski mengalami tekanan kinerja, Direktur TPIA Suryandi menyampaikan, TPIA masih bisa mempertahankan posisi keuangan yang kuat berkat likuiditas solid sebesar US$ 2,4 miliar per 31 Desember 2024. 

Angka ini terdiri atas kas dan setara kas senilai US$ 1,4 miliar, marketable securities senilai US$ 0,8 miliar, dan available commited revolving credit facilities senilai US$ 0,2 miliar. 

"Fondasi yang kokoh ini memungkinkan kami untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang dan berkontribusi pada perkembangan industri serta ekonomi Indonesia," ujar dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/3) malam.

Sementara, BREN membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 122,10 juta di tahun 2024. Raihan itu naik 13,67% secara tahunan (yoy) dari US$ 107,41 juta.

Pendapatan BREN naik tips 0,31% yoy ke US$ 596,82 juta di akhir 2024, dari sebelumnya US$ 594,93 juta di tahun 2023.

CEO Barito Renewables, Hendra Soetjipto Tan menyatakan, sepanjang tahun 2024, perseroan menghadapi tantangan operasional dengan tetap mempertahankan komitmen terhadap efisiensi dan keberlanjutan. 

Meskipun terdapat hambatan sementara dalam produksi panas bumi, portofolio energi terbarukan BREN yang ekstensif berkontribusi pada pendapatan yang stabil dan peningkatan profitabilitas. Perbaikan dalam struktur biaya dan efisiensi operasional diakui sudah memperkuat fundamental bisnis, sehingga memungkinkan BREN untuk mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik. 

“Ke depan, kami tetap berkomitmen untuk memperluas kapasitas energi terbarukan serta mendukung target transisi energi nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (21/3).

Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus melihat, aksi buyback menunjukkan usaha dari emiten untuk meyakinkan pelaku pasar mengenai kinerja mereka. 

Baca Juga: Barito Renewables (BREN) Milik Prajogo Pangestu Siapkan Rp 2 Triliun Untuk Buyback

“Tentu saja perspektif dari emiten bisa berbeda beda mulai dari valuasi, prospek pertumbuhan, dan pertimbangan lainnya,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (21/3).

Sentimen akibat buyback merupakan sentimen yang sesaat dan belum tentu bisa efektif mengerek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Asal tahu saja, di pekan terakhir jelang Lebaran, kinerja pasar saham domestik malah mengalami fluktuasi yang luar biasa.

Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sempat melakukan trading halt pada Selasa (18/3) lantaran penurunan IHSG terjadi lebih dari 5%. Sejak awal tahun, aliran keluar dana asing di pasar saham sudah mencapai Rp 27,55 triliun.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengizinkan para emiten di BEI untuk melakukan buyback saham tanpa RUPS sebagai langkah menjaga volatilitas pasar saham.

“Pada akhirnya, kinerja IHSG akan bertumpu pada kinerja fundamental emiten selain grup PP dan juga saham-saham penopang indeks, terutama saham perbankan,” ungkapnya.

Prospek emiten PP lebih kepada aksi korporasi yang akan dilakukan mereka ke depan. Misalnya, aksi initial public offering (IPO) anak anak usaha TPIA, PT Chandra Daya Investasi (CDI).

“Masuknya saham grup PP ke indeks tertentu juga dapat mewarnai pergerakan mereka,” tuturnya.

Alhasil, Angga pun masih merekomendasi wait and see terlebih dahulu untuk emiten grup PP. Sebab, hari ini ada rebalancing indeks FTSE, sehingga dapat terjadi lonjakan yang tidak biasa.

Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta melihat, saham emiten grup PP tak bisa dipungkiri memang masih menjadi penggerak IHSG. Alhasil, rencana buyback saham emiten PP kemungkinan akan menyelamatkan likuiditas pasar saham.

Baca Juga: Prajogo Pangestu Borong Saham Barito Renewables Energy (BREN), Ini Tujuannya

“Jadi, nanti IHSG tidak akan mengalami penurunan dan tidak terseret lebih dalam ke level support terendah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (21/3).

Memburuknya kinerja laba TPIA pada tahun 2025 disebabkan oleh peningkatan biaya operasional. Di sisi lain, BREN memiliki prospek yang lebih bagus lantaran industri energi baru terbarukan (EBT) tengah berkembang ke arah positif.

Selain mencermati kinerja keuangan, investor juga harus memperhatikan good corporate governance emiten grup PP. “Good corporate governance itu bisa meminimalisasi headwinds yang akan dihadapi mereka ke depan,” paparnya.

Sayangnya, Nafan belum memberikan rekomendasi untuk emiten grup PP.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila mengatakan, kinerja keuangan BREN dan TPIA terlihat tertekan dari sisi profitabilitas pada tahun 2024. 

“TPIA masih tertekan karena ada permintaan yang melemah atas bisnis petrokimia dan ada fluktuasi harga untuk bahan baku,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (21/3).

Aksi buyback keempat emiten konglomerasi itu dinilai bisa meningkatkan kepercayaan market. Sebab, investor dapat meningkatkan kepercayaan terhadap fundamental saham dan rencana-rencana para emiten ke depannya.

 

Ke depan, ekspansi-ekspansi proyek akan menjadi penopang kinerja emiten grup PP, yang harapannya bisa diiringi peningkatan efisiensi operasional. 

“Ditambah lagi, sektor industri BREN di renewable energy dinilai akan menarik ke depannya didukung dengan regulasi-regulasi yang menjanjikan,” paparnya.

Indy pun menyarankan investor untuk mencermati saham BREN dengan target harga Rp 8.500 per saham.

Selanjutnya: IHSG & BBCA Anjlok, Tak Ada Lagi Saham dengan Market Cap Lebih dari Rp 1.000 Triliun

Menarik Dibaca: Denpasar Diguyur Hujan Hampir Seharian, Simak Cuaca Besok di Bali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×