Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten Grup Bakrie masih kekeringan modal dan mengalami kerugian yang lumayan besar di Kuartal III 2015 ini. Hal itu terlihat dari beberapa emiten grup Bakrie yang sudah melaporkan kinerjanya.
PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) misalnya, mencetak kerugian sebesar Rp 606,02 miliar, dari sebelumnya laba sebesar Rp 40,3 miliar. Belum lagi kerugian PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sudah mencapai US$ 630,27 juta. Kerugian BUMI membengkak dari periode Juni 2015, yang sebesar US$ 566,24 juta.
Dua emiten ini juga mencatatkan ekuitas negatif yang cukup besar. BUMI misalnya ekuitasnya negatif US$ 1,4 miliar. Lalu, ekuitas BNBR minus Rp 2,9 triliun, naik 35% dibandingkan akhir 2014 lalu.
Sektor properti dan perkebunan Bakrie juga tak luput dari kerugian. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) rugi hingga Rp 1,4 triliun. Kerugian itu membengkak hingga 2.813% dari periode yang sama tahun lalu. Saldo laba UNSP pun masih defisit. Ekuitasnya juga melorot separuhnya menjadi Rp 2,9 triliun.
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) yang pada Kuartal III tahun lalu sebelumnya berhasil mengantongi laba hingga Rp 206 miliar, kini hanya membukukan kerugian Rp 36,07 miliar. Selain karena peningkatan beban utang, emiten Grup Bakrie juga banyak terpapar dari rugi kurs.
Bahkan, saat ini, restrukturisasi utang emiten Bakrie masih banyak yang menggantung. Dari emiten yang sudah rilis kinerja, baru PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang berhasil mencetak laba.
Laba BRMS hanya mencapai US$ 8,6 juta pada Kuartal III 2015. Sebelumnya, BRMS mencetak rugi US$ 141,98 juta. Lalu, DEWA membukukan laba tipis sebesar US$ 94.331.
David Sutyanto, Analis First Asia Capital mengatakan, meski ada dua emiten yang mulai mencatatkan laba, secara fundamental saham-saham Grup Bakrie masih belum membaik. Apalagi untuk emiten-emiten yang kelangsungan usahaya masih dipertanyakan karena defisiensi modal.
Menurut David, tidak banyak celah yang bisa diambil grup Bakrie untuk mengembalikan ekuitasnya menjadi positif. "Pasalnya sektornya juga belum mendukung. Ditambah beban utang dan restrukturisasi yang tak rampung, ini membuat sahamnya menjadi tidak berharga," ujarnya.
Hanya suntikan modal yang bisa membuat emiten Grup Bakrie ini bisa memperbaiki kinerja. Sementara konversi utang melalui saham juga ditengarai bakal merugikan investor publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News