kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten farmasi memperkuat hulu


Senin, 01 Februari 2016 / 07:28 WIB
Emiten farmasi memperkuat hulu


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industri farmasi nasional terus berdenyut. Meningkatnya permintaan layanan kesehatan turut mendorong kinerja perusahaan farmasi yang tak lain merupakan faktor pendukung layanan kesehatan.

Sejalan dengan ramainya permintaan, persaingan di industri farmasi juga semakin ketat. Oleh karena itu, emiten harus mampu bertahan menghadapi sejumlah tantangan dari dalam dan luar negeri.

Di sektor farmasi, penerapan bisnis secara terintegrasi merupakan keniscayaan. Hal ini pula yang mulai diterapkan sejumlah emiten. Salah satunya oleh PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

Emiten farmasi pelat merah ini akan memperkuat sektor hulu. Salah satunya dengan membangun pabrik bahan baku obat. Ini merupakan momentum tepat bagi KAEF. Sebab, fluktuasi di pasar valuta cukup besar.

Hal ini berpotensi melambungkan biaya produksi emiten farmasi yang memang mengandalkan produk bahan baku obat impor. Dengan membangun pabrik di dalam negeri, ketergantungan akan produk impor tentu berkurang.

Selama ini, KAEF sudah cukup kuat menggarap sektor hilir, yakni membuka gerai gerai dan jaringan distribusi. Kini, KAEF merangsek sektor hulu dengan membangun pabrik bahan baku obat.

Armando Marulitua, analis Danareksa Sekuritas, bilang, KAEF sedang dalam agenda transformasi menjadi healthcare company. Salah satu langkahnya adalah membangun fasilitas pengolahan bahan mentah atau bahan baku produk kesehatan.

Ini adalah rencana jangka panjang, lima tahun, dengan nilai investasi Rp 2,7 triliun. "Satu hal yang sudah pasti terlihat dampaknya, ketergantungan KAEF atas impor bahan baku akan berkurang setelah pabrik itu beroperasi," kata Armando, pekan lalu.

Tapi, sekali lagi, ini merupakan proyek jangka panjang. Di jangka pendek, fundamental KAEF masih disetir ekspansi gerai. Untungnya KAEF cukup ekspansif mengembangkan jaringan distribusi dan gerai.

"Apalagi dengan skema franchise, gerai obat bisa menawarkan payback period sekitar dua tahun," tandas Armando.

Michael W. Setjoadi, analis Bahana Securities, menilai, bagi KAEF, rencana itu menjadi katalis positif dalam jangka panjang. Prospek KAEF juga semakin menarik dengan rencana pembentukan holding company BUMN sektor farmasi.

Selain KAEF, setidaknya ada dua perusahaan farmasi pelat merah yang masih eksis, yakni PT Kimia Farma Tbk (INAF) dan PT Phapros Tbk. Dalam jangka pendek, KAEF masih mengandalkan gerai dan jaringan distribusinya.

Apalagi, program jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan program pemerintah yang perlu didukung emiten BUMN, khususnya di sektor farmasi.

Jadi, KAEF bakal dibanjiri permintaan obat, khususnya obat generik untuk pasien JKN. Tapi, program ini bisa jadi batu sandungan bagi KAEF jika pemerintah tidak mengelolanya dengan baik.

Berbicara soal hulu bisnis, langkah PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) juga menarik. Emiten ini memang belum membangun pabrik garam farmasi sebagai salah satu bahan baku obat, seperti dilakukan KAEF.

Tapi TSPC sudah memiliki pabrik produksi minuman kesehatan seperti susu balita. Ini bisa memperkuat divisi produk makanan dan minuman kesehatannya.

Michael menilai, diversifikasi TSPC bisa mendorong kinerjanya. "TSPC bakal memiliki pendapatan baru dari penjualan susu balita bermerek Vidoran," kata dia.

TSPC juga terkena imbas positif JKN. Salah satu anak usahanya, Tempo RX Farma, meraih izin menjual obat generik. Tahun ini, TSPC juga mendapat restu BPOM untuk memproduksi dua jenis obat generik lagi.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tak mau ketinggalan. Bukan sekadar bermain di sektor hulu dan diversifikasi ke makanan minuman, emiten ini juga terus memperkuat divisi riset dan pengembangan.

Selain mendirikan pabrik, Kalbe membangun pusat riset dan pengembangan obat biologis. KLBF bekerjasama dengan Genexine Inc, perusahaan asal Korea Selatan. Namun, KLBF tertekan persaingan obat generik seiring kehadiran JKN. Apalagi, kondisi perekonomian tengah lesu.

"Hal ini yang memicu KLBF merevisi pendapatan tiga kali sepanjang 2015," ungkap Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×