Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pertambangan masih menyimpan potensi bisnis yang menarik. Sejumlah emiten merancang strategi untuk bisa mendulang cuan dari sektor tambang dan ekosistem pendukungnya. Sederet aksi ramai terjadi di bulan ini.
Terbaru, PT Petrosea Tbk (PTRO) mengumumkan pendirian anak perusahaan baru. Emiten pertambangan dari grup konglomerasi Prajogo Pangestu ini mendirikan PT Petrosea Infrastruktur Nusantara (PT PIN) pada 8 Oktober 2024.
Sekretaris Perusahaan Petrosea, Anto Broto mengungkapkan PT PIN didirikan sebagai perusahaan sub-holding untuk menunjang aktivitas holding dan konsultasi manajemen di bidang infrastruktur. Anto bilang, pendirian PT PIN sebagai anak perusahaan akan memberikan dampak positif bagi PTRO.
Baca Juga: Harga Saham PTRO Melonjak Nyaris 200 Persen, Fundamentalnya Diproyeksi Makin Kinclong
"PT PIN akan menunjang kegiatan usaha dan memperluas jaringan usaha sebagai bagian dari rencana strategis pengembangan usaha Perseroan," ungkap Anto melalui keterbukaan informasi, Selasa (22/10).
Sebelumnya, pendirian anak usaha dalam ekosistem pertambangan dilakukan oleh PT Carsurin Tbk (CRSN). Emiten yang bergerak di bidang jasa Testing, Inspection & Certification (TIC) ini mendirikan PT Carsurin Minerals Solutions (CMS).
Direktur Carsurin, Timotius Nugraha Tjahjana menyampaikan CMS didirikan sebagai perusahaan sub-holding untuk menunjang strategi jangka panjang CRSN di bidang usaha mineral. "Dengan adanya pembentukan entitas baru, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif di masa mendatang," kata Timotius.
Langkah ekspansi juga dilakukan oleh PT Fortune Indonesia Tbk (FORU). Emiten yang bergerak di bidang usaha media dan percetakan ini sedang menjajaki peluang bisnis baru. Meliputi manufaktur baja, penyedia infrastruktur pertambangan, penyewaan alat berat dan mesin, serta pertambangan.
Baca Juga: Petrosea (PTRO) Raih Fasilitas Pinjaman dari BNI Rp 2,32 Triliun untuk Capex
Sekretaris Perusahaan Fortune Indonesia, Sari Dewi menyampaikan FORU melihat potensi pertumbuhan yang signifikan pada sektor-sektor tersebut. Namun, hingga tanggal keterbukaan informasi pada 10 Oktober 2024, Sari mengatakan belum ada kesepakatan atau komitmen yang mengikat atas rencana penjajakan bisnis baru tersebut.
Selanjutnya, ada PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) yang melakukan ekspansi melalui akuisisi. Melalui dua anak usahanya, emiten tambang nikel ini membeli saham PT Bumi Bintang Silika (BBS) yang saat ini menjalankan kegiatan eksplorasi batu kapur atau gamping di Morowali Utara.
Direktur Central Omega Resources, Feni Silviani Budiman menyampaikan pembelian saham BBS oleh anak usaha DKFT merupakan strategi jangka panjang. DKFT ingin memperluas kegiatan usaha melalui akuisisi perusahaan-perusahaan pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Indonesia.