Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
Tidak mau kalah, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) telah menggelontorkan US$ 25 juta capex untuk peningkatan kapasitas produksi emas dan perak di Tujuh Bukit Oxide. Kemudian, sebesar US$ 15 juta capex digunakan untuk kegiatan eksplorasi endapan porfiri emas dan tembaga di Tujuh Bukit Porphyry.
Baca Juga: Keraguan Muncul Lagi, Harga Emas Hari Ini Mulai Menjauh dari Level Terendah
Sebenarnya, masih terdapat beberapa emiten lain yang kini terjun ke bisnis tambang emas, sebut saja PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, fenomena ini tidak lepas dari daya tarik emas sebagai komoditas yang dianggap bernilai tinggi.
Walaupun pertambangan emas membutuhkan waktu yang cukup panjang setidaknya sampai menghasilkan pendapatan yang memadai, tetapi proyeksi pengembalian investasi dari hasil usaha tambang emas biasanya akan lebih singkat dibandingkan komoditas lainnya.
Sementara itu, ia menilai sentimen jangka pendek yang mengasumsikan bahwa emas adalah safe haven bukanlah alasan utama kenapa banyak emiten yang kini berkecimpung di dunia tambang emas.
Baca Juga: Harga lesu, emiten batubara puasa akuisisi tambang tahun ini
"Sentimen jangka pendek bahwa emas adalah safe haven ketika ada guncangan di industri keuangan bukan sebagai pemacu (trigger) utama para emiten untuk masuk dalam usaha pertambangan emas," terang Aria kepada Kontan.co.id, Selasa (26/11).