Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet emiten baru ngebut dalam menyerap dana segar yang didapat dari aksi penawaran umum saham perdana atawa Initial Public Offering (IPO). Momentum industri yang sedang kondusif menjadi pertimbangan emiten mengakselerasi rencana bisnisnya.
Melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten beramai-ramai melaporkan penggunaan dana hasil penawaran umum periode 30 Juni 2023. Salah satu di antaranya ada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Emiten nikel yang melantai di BEI pada 12 April 2023 ini telah menyerap dana hasil penawaran umum senilai Rp 5,83 triliun. Artinya, dalam dua setengah bulan, NCKL telah menggunakan 60,10% dari hasil bersih IPO yang sebesar Rp 9,70 triliun.
Mayoritas realisasi dana IPO NCKL digunakan untuk melunasi utang kepada perbankan dan perusahaan afiliasi. Emiten baru lainnya, PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) lebih agresif dalam menguras dana hasil IPO.
Emiten properti yang baru listing pada 22 Juni 2023 ini telah merealisasikan seluruh dana IPO sebesar Rp 104,15 miliar. Seluruhnya dipakai untuk pelunasan pembelian tanah dan modal kerja konstruksi.
Baca Juga: Strategi Humpuss Maritim (HUMI) Milik Tommy Soeharto Bidik Pertumbuhan 20% Usai IPO
Dari jajaran emiten yang listing pada tahun lalu, ada PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM) yang sudah menyerap habis dana hasil IPO sebesar Rp 69,97 miliar. Emiten bahan kimia ini menggunakan dana tersebut untuk pembelian pabrik dan modal kerja.
Emiten lelang dan perdagangan kendaraan bekas, PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) tak ketinggalan. Anak usaha PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) ini telah memakai seluruh dana hasil IPO sebesar Rp 638,36 miliar untuk pelunasan utang dan modal kerja.
Presiden Direktur ASLC, Jany Candra, mengungkapkan 35,25% dana hasil IPO dipakai melunasi utang ke perusahaan induk. Sisanya digunakan untuk mendanai modal kerja unit usaha jual beli kendaraan bekas melalui Caroline.id. "Diharapkan dapat menangkap momentum pasar mobil bekas yang masih besar," kata Jany kepada Kontan.co.id, Rabu (19/7).
Demand mobil yang naik kembali ke level pra-covid seiring perbaikan ekonomi mendorong ASLC cepat mengeksekusi rencana bisnisnya. "Perusahaan akan melanjutkan pembangunan showroom di lokasi strategis untuk meningkatkan brand awareness dan menopang penjualan yang terus meningkat," imbuh Jany.
"Ketika dana IPO sudah didapat tapi momentum bisnisnya kurang bagus, perusahaan akan cenderung menunggu saat yang tepat, supaya return bisa lebih optimal. Lebih bagus jika cepat terserap diiringi perbaikan kinerja," ujar Wisnu.
Catatan Wisnu, hasil yang bisa dipetik terhadap perbaikan kinerja emiten tetap perlu waktu. Sehingga, pasar pun akan memberikan respons yang berbeda. Momentum sektoral akan menjadi katalis penting yang menentukan.
Hanya saja, gerak cepat emiten menyerap dana hasil IPO akan menjadi pertimbangan penting bagi investor. Terutama investor jangka panjang dalam mengkalkukasi prospek kinerja emiten ke depan.
Analis Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana menimpali pada umumnya dana hasil IPO dipakai untuk pembayaran utang atau keperluan ekspansi. Dana IPO yang dipakai untuk modal ekspansi cenderung direspons positif karena bisa mengakselerasi pertumbuhan bisnis.
Baca Juga: Sinergi Inti Andalan Prima (INET) Patok Harga IPO Rp 101
Sedangkan persepsi pasar cenderung negatif jika rencana penggunaan dana IPO untuk membayar utang. Padahal, langkah ini juga penting sebagai restrukturisasi permodalan agar fundamental keuangan lebih sehat.
"Seharusnya menjadi katalis positif bagi prospek emiten, asal diimbangi dengan performa operasional dalam menghasilkan top line dan bottom line," kata Raditya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus sepakat hal paling krusial dalam realisasi dana hasil IPO adalah sejauh mana aksi ini bisa berdampak untuk generate profit. Pelunasan utang juga memberi dampak positif, tapi jika berhenti di sini saja dampaknya akan terbatas.
Sedangkan untuk ekspansi, emiten umumnya menerapkan strategi memperkuat bisnis yang sudah ada atau membuat bisnis baru. "Investor perlu memperhatikan seberapa cepat dan efektif ekspansi ini akan memberikan dorongan bagi kinerja keuangan emiten," sebut Nico.
Di luar strategi internal emiten, momentum sektoral akan menjadi faktor penting untuk mempertimbangkan prospek sahamnya. Untuk saat ini, Nico menilai saham NCKL menarik untuk dicermati.
Raditya juga menjagokan saham NCKL. Strateginya bisa koleksi secara buy on weakness dengan target harga Rp 1.200. Sedangkan Wisnu menyarankan wait and see terlebih dulu untuk saham emiten yang baru IPO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News