Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sedangkan untuk emiten BANK, Kiswoyo juga tidak dapat memperkirakan secara spesifik lantaran bank tersebut baru saja IPO. Akan tetapi, dia memandang ke depan kinerja saham perbankan secara industri bakal lebih baik.
Terutama, jika tren restrukturisasi dan pemulihan ekonomi segera berlangsung. "Wajar kalau perbankan sulit mencetak laba karena membentuk pencadangan, tapi setelah tren restrukturisasi sudah membaik. Maka era perbankan untuk bangkit bisa segera terjadi," katanya.
Sebagai informasi saja, pada perdagangan perdananya Bank Net Syariah terkena auto rejection atas (ARA). Saham BANK melesat 34,95% ke harga Rp 139 per saham. Kapitalisasi pasar BANK tercatat sebanyak Rp 1,82 triliun.
Baca Juga: IHSG melonjak 3,50% ke 6.067 pada akhir perdagangan Senin (1/2), asing catat net sell
Dalam hajatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), BANK menawarkan sebanyak 5 miliar saham biasa atas nama atau sebesar 37,90% dari jumlah modal disetor setelah penawaran umum perdana saham. Adapun nilai nominal Rp 100 dan harga penawaran Rp 103 per saham.
Dengan demikian emiten ini meraup dana segar Rp 515 miliar. Basuki Hidayat, Direktur Bank Net Syariah mengatakan hasil penawaran umum akan digunakan untuk modal kerja perusahaan tersebut.
Sementara itu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan saat ini emiten bank syariah yang menjadi sorotan masih ada di BRIS dan BTPS. Keduanya punya fundamental dan prospek bisnis yang cukup kuat. Hanya saja yang membedakan, untuk BRIS atau Bank Syariah Indonesia saat ini diunggulkan dari sisi kapitalisasi pasar (market cap).
Sementara dari BTPS unggul dari sisi margin alias profitabilitas. "Tapi, keduanya sama-sama punya valuasi yang premium. BRIS bahkan sekarang sudah masuk top ten market cap setelah resmi merger," ujar Suria.
Selanjutnya: IHSG melonjak 3,50% ke 6.067 pada Senin (1/2), asing lepas BMRI, BBCA, ASII
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News