Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis perbankan syariah semakin cerah setelah dituntaskannya penggabungan tiga bank syariah milik BUMN menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Bank syariah ini resmi didirikan pada Senin (1/2) dan langsung menjadi bank syariah terbesar di Tanah Air dengan total aset menembus Rp 239,56 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, dari jumlah aset itu maka perseroan akan masuk ke dalam urutan ketujuh bank terbesar di Tanah Air. Dia juga mengatakan, BSI nantinya akan didorong menjadi bank syariah modern dengan kapitalisasi pasar terbesar di Asia bahkan dunia.
"Ini tidak hanya sekedar penggabungan bank saja. Kami akan masuk 10 bank syariah terbesar dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Kami akan terus berbenah dan melayani segala lini. Dengan layanan modern dan inklusif serta tetap menjaga prinsip-prinsip keuangan syariah," ujar Hery dalam sambutannya untuk peresmian BSI di Jakarta, Senin (1/2).
Baca Juga: Masih banyak tekanan di tahun ini, prospek LPPF dianggap kurang menarik
Dia menjanjikan transformasi ke depannya dengan penguatan layanan, sumber daya manusia (SDM), serta Teknologi Digital. Pihaknya juga menjanjikan akan fokus menyasar segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) secara terintegrasi. Selain itu, BSI juga akan melayani sektor konsumer, ritel, hingga nasabah global melalui produk sukuk.
Nah, hal ini praktis memicu spekulasi pasar saham perbankan syariah yang semakin cerah. Asal tahu saja, saat ini baru ada tiga bank syariah yang sudah melantai di bursa (initial public offering/IPO).
Ketiga bank itu antara lain PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), BSI dengan kode emiten BRIS serta PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk dengan kode bursa BANK yang per (1/2) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut beberapa analis yang dihubungi Kontan.co.id, ketiga bank tersebut punya potensi besar untuk mencatatkan kenaikan kinerja. Terutama dari sisi harga saham. Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan, untuk BRIS dengan aksi korporasi terbaru dan fundamental yang kuat, akan sangat menarik kalangan investor.
Baca Juga: Mayoritas volume penjualan komoditas ANTM menurun, simak rekomendasi sahamnya
Kiswoyo memperkirakan, dalam waktu dekat harga saham BRIS bisa saja bergerak ke level Rp 3.000 per lembar saham. Secara jangka panjang, kondisi itu juga bisa membaik bila sentimen pasar terus positif. Catatan saja, saat ini harga saham BRIS ditutup Rp 2.800 per lembar saham pada (1/2) meningkat 14,75% dari perdagangan sebelumnya.
Sementara untuk BTPS, sejauh ini menurut Kiswoyo kinerja sahamnya cukup positif. Hanya saja, lantaran belum melaporkan kinerja tahun buku 2020, sulit untuk memperkirakan prospek bisnis BTPN Syariah ke depan secara mendalam. Adapun, harga saham BTPS ditutup Rp 3.550 pada Senin (1/2), meningkat 4,41% dari harga perdagangan sebelumnya.
Sedangkan untuk emiten BANK, Kiswoyo juga tidak dapat memperkirakan secara spesifik lantaran bank tersebut baru saja IPO. Akan tetapi, dia memandang ke depan kinerja saham perbankan secara industri bakal lebih baik.
Terutama, jika tren restrukturisasi dan pemulihan ekonomi segera berlangsung. "Wajar kalau perbankan sulit mencetak laba karena membentuk pencadangan, tapi setelah tren restrukturisasi sudah membaik. Maka era perbankan untuk bangkit bisa segera terjadi," katanya.
Sebagai informasi saja, pada perdagangan perdananya Bank Net Syariah terkena auto rejection atas (ARA). Saham BANK melesat 34,95% ke harga Rp 139 per saham. Kapitalisasi pasar BANK tercatat sebanyak Rp 1,82 triliun.
Baca Juga: IHSG melonjak 3,50% ke 6.067 pada akhir perdagangan Senin (1/2), asing catat net sell
Dalam hajatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), BANK menawarkan sebanyak 5 miliar saham biasa atas nama atau sebesar 37,90% dari jumlah modal disetor setelah penawaran umum perdana saham. Adapun nilai nominal Rp 100 dan harga penawaran Rp 103 per saham.
Dengan demikian emiten ini meraup dana segar Rp 515 miliar. Basuki Hidayat, Direktur Bank Net Syariah mengatakan hasil penawaran umum akan digunakan untuk modal kerja perusahaan tersebut.
Sementara itu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan saat ini emiten bank syariah yang menjadi sorotan masih ada di BRIS dan BTPS. Keduanya punya fundamental dan prospek bisnis yang cukup kuat. Hanya saja yang membedakan, untuk BRIS atau Bank Syariah Indonesia saat ini diunggulkan dari sisi kapitalisasi pasar (market cap).
Sementara dari BTPS unggul dari sisi margin alias profitabilitas. "Tapi, keduanya sama-sama punya valuasi yang premium. BRIS bahkan sekarang sudah masuk top ten market cap setelah resmi merger," ujar Suria.
Selanjutnya: IHSG melonjak 3,50% ke 6.067 pada Senin (1/2), asing lepas BMRI, BBCA, ASII
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News