Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meningkatnya harga komoditas akan menguntungkan emiten alat berat. Asumsinya, perusahaan yang berbasis komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) bakal semakin meningkatkan produksinya pada tahun ini, sehingga kebutuhan alat berat juga naik.
Analis sepakat pada tahun ini bisa menjadi momentum emiten alat berat bangkit dari kerugian yang menimpa pada tahun lalu. Harga batu bara di pasar internasional misalnya sudah terbang ke level US$ 85 per metrik ton dari US$ 53 per metrik ton awal tahun lalu.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, memang harga komoditas adalah kendala utama emiten alat berat tak tumbuh tahun lalu. Perusahaan kebun dan tambang yang menahan produksi, menyebabkan penyewaan dan penjualan alat berat menipis. ”Makanya pendapatan emiten alat berat, masih tercatat menurun,” katanya kepada KONTAN, akhir pekan lalu (8/12).
Tahun ini, Hans masih memprediksi adanya peningkatan kinerja dari emiten alat berat. Dia melihat, sudah banyak produsen batubara dan CPO yang produksinya sudah kembali pulih.
Beberapa emiten yang bisa terpengaruh positif antara lain PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), dan PT Intraco Penta Tbk (INTA).
Selain itu Hans juga mengingatkan APBN pemerintah yang memperbesar porsi infrastruktur juga menjadi katalis positif. Karena peningkatan pembangunan infrastruktur juga membuat penyewaan dan penjualan alat berat semakin meningkat. Walaupun belum memberi porsi pendapatan sebesar dari sektor komoditas.
Analis BCA Sekuritas Darmawan Halim mengatakan peningkatan harga komoditas menjadi kunci utama naiknya kinerja emiten alat berat. Ambil contoh, UNTR yang kemungkinan kontribusi penjualan alat berat pertambangan bisa meningkat 8%-10% pada tahun ini.
Secara volume, penjualan alat berat UNTR kemungkinan bisa meningkat 20% menjadi 2.500 unit dari 2.100 ditahun 2016. ”Kontrak penambangan dan produksi batubara dikonsesi perusahaan sendiri juga dapat meningkat,” katanya dalam riset.
Dengan begitu, marjin laba perusahaan terbuka untuk naik. Dia memprediksi, laba bersih UNTR bisa meningkat 18% menjadi Rp 5,1 triliun dari estimasi laba 2016 Rp 4,3 triliun. pendapatan UNTR bisa mencapai Rp 50,6 triliun meningkat 11,5% dari estimasi pendapatan di 2016 sebesar Rp 45,34.
Selain itu untuk jangka panjang UNTR juga menjalani diversifikasi bisnis, tidak hanya masuk dalam tender-tender kelistrikan pemerintah. perusahaan alat berat dengan merek Komatsu ini juga melakukan ekspansi ke tambang emas di di Sumabawa Jutaraya. Dengan cadangan emas mencapai 350 ribu ounce, yang diharapkan mulai berjalan komersial pada akhir tahun 2017 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News