kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Emas portfolio investasi juara di 2017


Sabtu, 30 Desember 2017 / 12:00 WIB
Emas portfolio investasi juara di 2017


Reporter: Danielisa Putriadita, Dede Suprayitno, Dityasa H Forddanta, RR Putri Werdiningsih | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2017 nyaris usai. Mari kita buka dan hitung hasil pengembangbiakan dana di sejumlah portofolio investasi. Dan hasilnya, investasi emas menjadi juara pemberi imbal hasil tertinggi sepanjang tahun 2017.

Satu tahun terakhir, emas batangan Logam Mulia Antam memberikan imbal hasil (return) investasi fantastis, yakni 25,75% menjadi Rp 630.000 per gram. Kenaikan harga emas lantakan ini menduduki urutan pertama, melampaui return emas kontrak berjangka di Commodity Exchange (Comex) yang sebesar 11,14% setahun terakhir.

Di bawah emas batangan, instrumen yang paling menguntungkan sepanjang 2017 adalah saham. Pada penutupan bursa kemarin (29/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level 6.355,65. Ini adalah rekor tertinggi baru IHSG sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika dihitung dalam 12 bulan terakhir, IHSG menguat 19,99%.

Ihwal menanjaknya harga emas batangan, menurut Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, terkait dengan tipikal masyarakat Asia termasuk Indonesia, yang cenderung menyukai emas. "Apalagi menjelang Imlek," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Jumat (29/12).

Di sisi lain, pilihan produk emas batangan juga beragam. Mulai dari produk 1 gram hingga 500 gram.Jika ditarik lebih jauh, kenaikan harga emas batangan pun sejalan dengan tren peningkatan harga emas di pasar berjangka global. Situasi geopolitik yang masih tak menentu. Ini yang menyebabkan investor menjatuhkan pilihan mereka ke emas, yang merupakan aset safe haven.

Selain emas, Presiden Direktur Pinnacle Investment, Guntur Putra menyebutkan, instrumen investasi berbasis saham juga memberikan return yang lebih baik. Secara keseluruhan, iklim investasi dan ekonomi memang membaik, mulai AS, Eropa, Jepang, China, hingga negara emerging market lain.

Kondisi dalam negeri pun cukup stabil. "Masih banyak ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Guntur.

Sentimen inilah yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung pertumbuhan IHSG.Mengacu penutupan di akhir tahun ini, pasar saham diproyeksikan bakal lebih moncer pada tahun depan. "Meski secara valuasi mulai mahal, kenaikan IHSG didukung faktor momentum," kata Guntur.

Instrumen berbasis saham bakal masih dominan di awal tahun depan. Soalnya, ada dana yang masuk pada instrumen investasi dengan strategi pasif, seperti produk reksadana indeks atau ETF.

Sementara pasar obligasi berpotensi reli kalau di 2018 nanti Indonesia kembali mendapatkan kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat internasional lainnya. Kinerja obligasi Indonesia sepanjang 2017 juga ciamik. Sentimen utama yang berhasil mendongkrak harga surat utang kita adalah kenaikan peringkat utang Indonesia dari dua lembaga pemeringkat, yakni Standar & Poor's (S&P) dan Fitch Ratings.

Keperkasaan kinerja obligasi tecermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang melesat 16,37% year to date (ytd) di level 242,31. Indeks obligasi pemerintah tumbuh hingga 16,5% dan indeks obligasi korporasi melaju sampai sejauh 14,24%.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, pencapaian ini lebih lebih tinggi dari kinerja obligasi pemerintah dan korporasi di 2016 masing-masing 13,93% serta 12,62%. Sebenarnya, di akhir tahun 2017 sempat ada kekhawatiran laju obligasi terhambat tren pengetatan moneter di AS dan pelemahan rupiah. Namun, hal ini bisa ditekan setelah Fitch mengerek peringkat utang Indonesia.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan, tren yield pemerintah seri acuan tenor 10 tahun menurun. "Tren 2017, yield obligasi jauh banget turunnya di Januari 2017 itu 7,7% sekarang di 6,3%," ujar dia.

Selain kenaikan peringkat utang Indonesia, inflasi yang stabil dan penurunan suku bunga ke level rendah juga mendukung rapor hijau obligasi. Alhasil, investor asing percaya diri masuk ke obligasi Indonesia. Ini pula yang menyebabkan investor asing mengalihkan dananya dari pasar saham domestik ke obligasi pemerintah.

Tapi, kinerja obligasi dalam negeri tahun depan diprediksi tak semaksimal tahun ini. Alasannya, tahun politik membuat korporasi pelat merah tidak terlalu agresif menerbitkan surat utang.

Tambah lagi, sentimen eksternal yakni pengetatan moneter sejumlah bank sentral serta masalah geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Semenanjung Korea membuat banyak investor memilih aset yang lebih aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×