Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga emas masih berpeluang jatuh di awal pekan ini. Musim penyampaian laporan keuangan (earning seasons) diprediksi masih mengangkat pasar saham, sehingga investor kurang melirik investasi di komoditas emas.
Sepekan kemarin, harga emas sudah jatuh 1,7% dari posisi US$ 1.209,8 per ons troi (9/7) menjadi US$ 1.188,2 per ons troi, pada Jumat (16/7).
Agak berbeda dengan pergerakan harga emas di dalam negeri. Harga emas batangan di Divisi Logam Mulia PT Antam Tbk, dalam sepekan kemarin naik tipis 0,56% dari Rp 355.000 per gram menjadi Rp 357.000 per gram.
Analis Indosukses Futures Herry Setyawan mengatakan, pasar masih melanjutkan apresiasi terhadap rilis laporan keuangan emiten AS. Sentimen musim laporan keuangan ini dimanfaatkan pasar untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan peluang menikmati dividen.
"Sekarang sentimen paling kuat di pasar global, yaitu masuk ke aset berisiko, sehingga sentimen lain apapun yang muncul seakan tidak dipedulikan pasar," kata Herry, Minggu (18/7).
Analis Askap Futures Ibrahim melihat, koreksi harga emas disebabkan adanya sentimen positif di Eropa setelah China mempertahankan investasinya di benua para jagoan sepakbola itu. Hal ini menyebabkan investor sementara meninggalkan emas sebagai aset lindung nilai, dan euro cenderung menguat hingga sempat menyentuh US$ 1,3008 per euro, akhir pekan lalu.
Barclays, seperti dikutip Bloomberg (16/7) memperkirakan, harga emas akan bergerak rata-rata di US$ 1.195 per ons troi dalam tahun ini. Bandingkan dengan estimasi di Juni lalu, yaitu US$ 1.166 per ons troi.
Pergerakan emas pekan ini, kata Herry, tak akan terlepas dari pergerakan pasar saham. Salah satu faktor utama yang mungkin menggerakkannya, adalah rilis laporan keuangan emiten sektor teknologi yang akan keluar pekan ini.
Dalam jangka pendek, dia memprediksi, harga emas akan bergerak di US$ 1.160-US$ 1.230 per ons troi. Ia memperkirakan harga emas akan terkoreksi dulu ke US$ 1.160 per ons troi, sebelum menguat kembali (rebound).
"Karena emas masih berpeluang jatuh dalam jangka pendek, sebaiknya investor tahan dulu, dan masuk saat menyentuh level US$ 1.160 per ons troi," saran Herry.
Ibrahim mengamini bahwa koreksi memang mungkin terjadi di awal pekan ini. Secara teknikal, harga emas akan terlebih dulu menyentuh US$ 1.180 sebelum bergerak naik menuju US$ 1.217 per ons troi, di pekan ini juga.
Pekan ini pun, papar Ibrahim, peluang rebound emas terbuka karena AS akan merilis data manufaktur dan perumahan AS. Pasar memperkirakan data tersebut akan melemah. Sebab, data inflasi di level konsumen Juni kembali turun 0,1%, setelah bulan sebelumnya turun 0,2%. Selain itu, indeks sentimen konsumen juga merosot dari 76,0 menjadi 66,5 untuk Juli.
Adapun rilis laporan keuangan, Ibrahim nilai, hanya mampu menopang pasar saham dalam waktu singkat. Selain itu harga minyak bumi sudah terlihat bergerak turun. "Sehingga pasar saham juga akan kembali jatuh," ujar Ibrahim.
Ia menjelaskan, jika harga minyak bumi turun, maka diasumsikan pasar saham juga bakal bergerak melemah. "Tapi, karena Senin (hari ini), pasar di Jepang libur, sehingga limit penurunan di bursa Asia akan tertahan," imbuh Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News