Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA), salah satu perusahaan nasional penyedia jasa migas terpadu, melalui Division of Geosciences Services berhasil membukukan kontrak jasa seismik sebesar US$ 240 juta sampai September 2012.
Kontrak ini terdiri dari US$ 100 juta yang merupakan carry over dari tahun 2011 dan US$ 140 juta yang merupakan kontrak baru yang didapatkan sepanjang kurun waktu 2012 sampai dengan September.
Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan ELSA bilang adanya nilai carry over dari kontrak tahun 2011 ini disebabkan terkendalanya beberapa proyek terkait masalah perizinan dan cuaca. "Sehingga proyek tersebut tidak seluruhnya dieksekusi pada tahun 2011 dan baru diselesaikan pada tahun 2012," jelasnya.
Fajriyah menguraikanĀ dari total US$ 240 juta kontrak yang berhasil dibukukan tersebut, 52% merupakan kontribusi dari unit bisnis seismik zona transisi (transition zone seismic) dan unit bisnis seismik laut (marine seismic), 45% merupakan kontribusi dari unit bisnis seismik darat (land seismic) dan sisanya merupakan kontribusi dari unit bisnis seismic processing.
Salah satu proyek dari zona transisi yang cukup signifikan adalah proyek di Kalimantan dan Papua. Untuk seismik darat sebagian besar tersebar di wilayah Sumatra Selatan dan Jawa Barat.
Dia menyebut pendapatan kontrak dari Division of Geosciences Services ini juga berhasil dikonversi menjadi profit di mana sampai dengan bulan Agustus 2012 Division of Geosciences Services masih mendominasi pendapatan dari sektor upstream sebesar 61%.
Selain itu, kontribusi laba kotor dariĀ Division of Geosciences Services juga naik dengan sangat signifikan dari Rp 59 miliar pada Agustus 2011 menjadi Rp 143 miliar pada Agustus 2012 atau naik sekitar 144%.
"Peningkatan kinerja pada Division of Geosciences Services yang sangat signifikan ini tidak lain adalah hasil dari pembenahan yang dilakukan pada proses pelaksanaan proyek, termasuk di dalamnya peningkatan aspek HSE (health, safety, environment) sebagai prioritas untuk meminimalisasi risiko kecelakaan operasional yang mungkin terjadi," jelas Fajriyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News