Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena El Nino diperkirakan bakal berdampak terhadap sejumlah sektor, salah satunya emiten sektor barang konsumsi primer.
Dalam riset tertanggal 17 Mei 2023, Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mencatat, peristiwa El Nino akan berdampak pada margin perusahaan emiten konsumer.
Catatan dia, fenomena El Nino dengan tingkat keparahan sedang yang terjadi pada kurun waktu 2002-2003 dan El Nino dengan tingkat keparahan tinggi yang terjadi pada 2015-2016, menghantam margin perusahaan konsumen dalam periode 9 bulan hingga 15 bulan setelah terjadinya El Nino
Pada tahun 2002 dan 2015 misalnya, harga bahan baku utama yaitu minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO), gandum dan gula meningkat setahun setelah periode El Nino.
Di sisi lain, Natalia memperkirakan daya beli masyarakat Indonesia akan cukup tertopang pada paruh kedua 2023 seiring semakin banyaknya dana pemilu yang mulai dikucurkan.
Baca Juga: Sejumlah Emiten CPO Siapkan Strategi Menghadapi El Nino
Mendekati semester kedua 2023, Natalia optimistis perusahaan barang konsumsi di bawah cakupannya masih akan mencatat laba bersih yang solid dengan margin yang tinggi mengingat harga bahan baku masih rendah. Meskipun harga gula saat ini masih tinggi, harga bahan mentah lainnya seperti gandum, CPO, dan minyak mentah masih rendah.
Dengan demikian, dikombinasikan dengan pertumbuhan top line di paruh kedua 2023 yang solid, perusahaan konsumen akan terus membukukan pertumbuhan laba yang solid sebesar 32% yoy di full year 2023
Dalam riset yang sama, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, dampak terbesar dari El Nino akan berimbas pada produktivitas hasil sawit. Sebab, kekeringan yang berkepanjangan akibat El Nino dapat menghambat kegiatan pemanenan, mengingat adanya risiko kebakaran hutan dan kabut asap.
Selain itu, cuaca kering akan mengurangi proses pembungaan dan menyebabkan pembentukan tandan yang lebih sedikit karena kelapa sawit merupakan tanaman yang peka terhadap kelembaban. Menurut Hasan, efek El Nino akan terlihat pada jumlah produksi sawit di 12 bulan berikutnya.
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa selama tiga periode El Nino dengan berbagai tingkat keparahan, harga CPO naik dengan rata-rata 5,5% selama El Nino dan naik 16% selama 12 bulan berikutnya.
“Kami berekspektasi tren serupa akan terjadi tahun ini, dengan kenaikan utama harga CPO kemungkinan besar terlihat di paruh kedua 2024,” kata Hasan.
Sementara untuk tahun 2023, Hasan meyakini permintaan masih akan loyo karena adanya penurunan ekspor, sementara harga minyak nabati lainnya telah mengalami koreksi.
El Nino diekspektasikan berdampak kecil pada perusahaan tambang karena aktivitas produksi dan pengapalan tidak terganggu oleh kondisi cuaca kering. Hasil pengiriman tambang terutama didistribusikan melalui laut, bukan melalui sungai, sehingga tingkat volume air tidak menjadi masalah untuk pengiriman.
Saham yang menjadi pilihan utama alias top picks BRI Danareksa di sektor pertambangan saat ini adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Sebab, anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini adalah perusahaan terintegrasi secara operasional dan satu-satunya penambang nikel yang memiliki saham mayoritas dalam proyek smelter High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Sementara di sektor konsumer adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Musim kemarau yang berkepanjangan juga akan meningkatkan permintaan akan minuman kesehatan dan produk nutrisi. Ini akan menguntungkan nama-nama emiten konsumer seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News