Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Sri Rejeki Isman Tbk makin menawan. Di kuartal III 2017 lalu, penjualan emiten tekstil ini mampu tumbuh 14,81% menjadi US$ 572,59 juta dibanding periode sama tahun 2016 yang sebesar US$ 498,69 juta.
Kenaikan penjualan ditopang penjualan ekspor yang melonjak 23,73%. Nilai ekspor emiten berkode saham SRIL ini hingga September 2017 lalu mencapai US$ 305,43 juta atau setara 53,24% dari total penjualan. Alhasil, laba bersih perusahaan tekstil ini pun menanjak 14,36% menjadi US$ 47,23 juta.
Direktur Utama SRIL Iwan S. Lukminto mengatakan, kenaikan ekspor terjadi karena adanya penambahan jumlah pengiriman ke luar negeri dan pelanggan baru. "Ada pelanggan baru untuk kain jadi dan garmen," kata dia kepada KONTAN, Jumat (27/10).
Tambahan penjualan tersebut bersamaan dengan peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan SRIL. Asal tahu saja, utilisasi pabrik terintegrasi SRIL memang belum 100%, namun secara bertahap emiten tekstil ini terus mencari strategi terbaik memperbaiki keadaan tersebut.
Kesempatan SRIL bersaing di pasar global memang sedang terbuka lebar. Terlebih setelah ada kenaikan gaji pekerja industri tekstil di China dan Bangladesh. Gaji pekerja tekstil di dua negara tersebut selama ini terbilang murah sehingga produk tekstil dari dua negara itu kompetitif di pasar global.
SRIL memanfaatkan kondisi tersebut dan memperbesar pasar ekspornya. Kenaikan upah di Negeri Tirai Bambu dan Bangladesh tersebut membuat harga produk tekstil SRIL lebih bersaing.
Saat ini, penjualan SRIL ke pasar Asia masih mendominasi pendapatan ekspor hingga 60,55%. Menyusul, penjualan ke kawasan Eropa dengan porsi sebesar 16,26% dan di posisi berikutnya kawasan Amerika Serikat dan Amerika Latin dengan porsi 15,27%. Sisanya berasal dari ekspor ke wilayah Afrika, Australia dan Uni Emirat Arab.
Produk penjualan SRIL di antaranya seperti benang, kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Perlu diingat juga, SRIL juga memproduksi seragam militer untuk TNI, Polri dan korporasi yang dipesan oleh pelanggan domestik maupun luar negeri.
Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam menambahkan, walau sudah mencetak kinerja moncer dalam sembilan bulan pertama 2017, tapi SRIL masih memiliki masalah. Yakni dari divisi finishing yang baru selesai dipugar pabriknya pada kuartal I-2016.
Alhasil pemasukan dari divisi tersebut cukup tersendat. Sembari menunggu operasional pabrik pulih, SRIL mendorong produksi di sektor lain yakni dengan memacu kapasitas sektor weaving hingga 180 juta yard per tahun dari sebelumnya hanya 120 juta yard.
SRIL juga meningkatkan kapasitas divisi printing, dyeing and finishing hingga 100% sehingga dapat memproduksi 240 juta yard kain perca per tahun. Hebatnya, produksi printing, dyeing and finishing ini baru 60% dari kemampuan sesungguhnya.
"Kami harapkan, tahun depan bisa normal semuanya. Jadi salah satu program kami ke depan adalah normalisasi kapasitas produksi untuk tahun 2018," jelas Welly.
Proses pinjaman
Menghadapi persaingan bisnis tahun depan, SRIL sudah bersiap. Perusahaan tekstil ini sedang melakukan negosiasi untuk mendapatkan pinjaman sindikasi senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,3 triliun. SRIL sudah memulai proses pinjaman sejak Agustus 2017.
Welly mengatakan, negosiasi butuh waktu panjang karena banyak bank yang terlibat. SRIL sudah menunjuk BNP Paribas, HSBC dan Taipei Fubon sebagai pihak arranger atas fasilitas pinjaman ini. Ia menargetkan, SRIL mendapatkan pinjaman ini di awal tahun depan..
Dana segar tersebut bakal digunakan untuk refinancing dan working capital. Tahun depan, SRIL memang berniat menganggarkan belanja modal berkisar antara US$ 20 juta–US$ 30 juta.
Setelah memasok seragam tentara untuk berbagai negara, SRIL juga berniat menyediakan pakaian untuk pemadam kebakaran. Pasar sektor ini cukup besar. Sebab mayoritas seragam pemadam kebakaran di negara-negara kawasan Asia belum sesuai standar internasional layaknya seragam pemadam kebakaran di kawasan Eropa.
Perusahaan ini berharap tahun depan sudah bisa ikut tender. "Dimulai dari pasar Asia dan dalam negeri, kemudian baru melangkah ke Eropa," jelas Welly. Dari proyek percontohan seragam anti api ini, SRIL menargetkan bisa mendapatkan tambahan pendapatan 2%–3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News