Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak Maret 2021 pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu mengalami koreksi ke level RM 3.423. Namun, koreksi itu dinilai hanya bersifat teknikal karena secara fundamental masih tercatat cukup baik.
Berdasarkan data dari Gapki, hingga Oktober 2020 kemarin, adanya kenaikan ekspor berupa produk olahan CPO & oleokimia ke Uni Eropa(10%), Pakistan(19%), Timur Tengah(14,53%), dan China (0,46%) dari konsumsi tahun sebelumnya.
Emiten.com melihat tren kenaikan ekspor ini akan terus berlanjut seiring dengan optimisme akan kembalinya ekonomi dunia sehabis vaksinasi, Konsumsi CPO akan terus meningkat sebagai bahan makanan hingga tambahan untuk energi terbarukan, yaitu Biodiesel 50 atau B50.
Agung Surya Thidar analis Emiten.com mengatakan, sebagian investor tampak sibuk mengkoleksi saham saham penuh sentimen hingga melupakan fundamental dari salah satu sektor yang menjadi penopang ekspor Indonesia. Inilah yang jadi salah satu penyebab koreksi saham di sektor CPO.
Sempat diberitakan bahwa permintaan CPO pada Perayaan imlek terganggu padahal area lockdown hanya kurang dari 30 juta penduduk sedangkan total jumlah penduduk china berkisar 1,4 miliar penduduk.
Bahkan stok minyak kedelai telah mencapai titik terendah selama 6 bulan. Hal ini belum didukung dengan kenaikan kebutuhan impor dari India yang naik 4% di bulan Desember 2020.
"Tak hanya dari kebutuhan saja, Alam pun mendukung kenaikan harga CPO dengan prediksi climate.gov bahwa La Nina akan berlangsung hingga Februari dan berpotensi untuk berlanjut hingga akhir 2021 didukung oleh positifnya Data pertanian AS dan Argentina bagi harga soybean, harga jagung dan CPO khususnya," kata Agung dalam keterangan resminya, Senin (18/1).
Bahkan pada hari Jumat 15 Januari 2021 kemarin, pemerintah malaysia melayangkan gugatan di WTO terhadap EU atas kampanye anti palm oil, sedangkan dari sisi domestik.
Pemerintah Indonesia pun telah menyiapkan anggaran Bantuan Sosial sebesar Rp 110 triliun di Tahun 2021 untuk 34 Provinsi di Indonesia dalam rangka membantu masyarakat mengatasi dampak pandemi serta menggerakkan ekonomi nasional.
Agung Surya menyarankan untuk melirik emiten yang menghasilkan produk akhir olahan kelapa sawit seperti SIMP dan TBLA. Pada perdagangan 15 Januari 2021 kemarin, SIMP ditutup pada 448 dan diperdagangkan pada 0,4 Nilai Bukunya (1130).
Target SIMP menurut Agung di angka 750 masih tergolong rendah, dikarenakan harga CPO yang akan terus meningkat akibat adanya supply yang tertekan dari segi produktivitas, adanya La NINA & Lockdown di Malaysia, secara perdagangan CPO malaysia terkena pajak 8% yang membuat pasar melirik CPO Indonesia yang lebih murah.
“Bila sentimen positif ini disadari investor trader, maka Saham SIMP ini belum pernah right issue dan jumlah saham beredar asli publik perorangan bukan PT ataupun institusi hanya sedikit sekali. Chart sejak IPO turun terus-menerus dan semua indikator dan chart pattern positif di beberapa waktu belakangan ini,” pungkas Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News