kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ekspansi pabrik biosimilar bikin saham Kalbe Farma (KLBF) makin sehat


Rabu, 31 Juli 2019 / 20:13 WIB
Ekspansi pabrik biosimilar bikin saham Kalbe Farma (KLBF) makin sehat


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi dan inovasi pabrik yang terus diusahakan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membawa prospek cerah pada bisnis farmasi. Kinerja KLBF juga mendapat dukungan dari meningkatnya jaminan kesehatan yang lebih menyeluruh.

Raja Abdalla, Research Analyst Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia mengatakan penghasilan KLBF sangat sensitif pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal tersebut terjadi karena hampir 65% dari cost of good sold (COGS) Kalbe Farma diimpor.

"Setiap 10% pelemahan nilai tukar rupiah dapat diterjemahkan menjadi 20% penurunan laba bersih," kata Raja dalam riset 16 Juli 2019. Oleh karena itu, usaha menurunkan impor diperlukan guna membuat kinerja keuangan yang lebih sehat.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Masuk ke Bisnis Produk Kecantikan

Robert Sebastian, Analis Ciptadana Sekuritas Asia menilai positif ekspansi KLBF yang akan membangun pabrik obat biosimilar melalui anak usaha, PT Kalbio Global Media di Cikarang. Menurut Robert, pabrik yang akan menggunakan bahan baku lokal tersebut bisa mengurangi risiko nilai tukar.

"KLBF akan terus mengembangkan obat biosimilar dalam rangka mengurangi bahan baku impor," kata Robert dalam riset 28 Mei 2019. KLBF mengalokasikan dana Rp 250 miliar hingga Rp 300 miliar  untuk mengembangkan produk biosimilar.

Robert berharap kontribusi obat biosimilar bisa lebih besar dari kontribusinya saat ini yang sekitar 8% untuk segmen resep dan farmasi. "Kontribusi akan membaik di masa depan karena produk biosimilar termasuk dalam skema BPJS dan tidak semua perusahaan farmasi memiliki produk tersebut," kata Robert.

Baca Juga: Emiten farmasi berbondong-bondong jajaki kemilau sektor kecantikan

Di semester II 2019,  sekitar 50%-80% obat biosimilar dari perusahaan farmasi di Indonesia baik lokal maupun asing akan bergabung dengan tender obat e-katalog untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).  Robert memproyeksikan KLBF bisa berkontribusi memasarkan obat biosimilar sekitar 10%-15% untuk segmen resep farmasi.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×