kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi lamban, Ayana Land masih merugi


Rabu, 27 Juni 2018 / 18:41 WIB
Ekspansi lamban, Ayana Land masih merugi
ILUSTRASI. Ayana Land


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ayana Land International Tbk (NASA) cukup lamban dalam melakukan ekspansi bisnis. Rencana dan target bisnis  perusahaan properti ini sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus 2017 lalu belum banyak yang terealisasi.

Alhasil, pendapatan usaha Ayana Land tidak banyak berubah. Di sisi lain perusahaan juga harus menanggung beban yang cukup besar terutama dari beban utang bank sehinggga mereka masih mencatatkan rugi hingga kuartal I-2018 sebesar Rp 1,9 miliar.

Saat ini, Ayana Land hanya menggantungkan diri dari pendapatan satu aset properti yang sudah beroperasi yaitu Greenhost Boutique Hotel di Yogyakarta dengan kapasitas 96 kamar. Proyek Villa bertajuk Ayom Village di Solo sebanyak 21 unit di atas lahan 6.000 meter persegi (m²) yang sedianya ditargetkan rampung pada akhir 2017 masih belum rampung.

Progres pembangunan Ayom Village baru mencapai 90% saat ini dan ditargetkan baru akan beroperasi pada akhir 2018. "Ini memang terlambat karena ada kendala di lapangan. Kita tidak ingin asal bangun karena kami menginginkan standar yang bagus. Saat ini pekerjaannya tinggal finishing saja sebenarnya," kata Erwin Kusnadi, Direktur Utama Ayana Land di Jakarta, Rabu (27/6).

Selain itu, perusahaan juga tengah membangun hotel dengan nama Bale Ningrat di Yogykarta di atas lahan seluas 3.800 m². Hotel ini akan dibangun sebanyak 100 kamar.

Lalu, rencana pengembangan apartemen bertajuk The Ayana di Bintaro di lahan seluas 11.154 m² yang dulunya ditargetkan akan mulai dipasarkan pada akhir 2017 masih belum direalisasikan hingga saat ini. Erwin bilang, saat ini proyek yang direncanakan akan dibangun tiga tower itu masih dalam tahap merancang design.

Menurutnya, lahan milik Ayana Land di Bintaro tersebut sebetulnya sudah siap dikembangkan. Namun, lantaran masih merancang desain dan sekaligus masih dalam mengkaji kondisi pasar, kemungkinan besar proyek itu baru akan diluncurkan pada tahun 2019 dengan menyasar segmen keluarga muda mapan.

Sementara lahan yang dimiliki Ayana Land di Parung Panjang seluas 90 hektare (ha) juga direncanakan baru akan dikembangkan pada tahun 2019. 

Saat ini, perusahaan masih dalam proses melanjutkan akuisisi lahan di wilayah ini. Targetnya, mereka ingin menguasai lahan seluas 150 ha di sana. "Saat ini masih dalam proses negosiasi pembebasan lahan sehingga belum bisa kita akumulasi. Sebesar Rp 150 miliar dana IPO akan kita pakai untuk nambah lahan," jelas Erwin.

Ayana hanya akan memfokuskan diri untuk menambah lahan di Parung Panjang. Nantinya lahan ini akan dikembangkan pada akhir 2019 dengan mengusung nama Ayana Village.

Dengan mundurnya pengoperasian Ayom Village Solo dan peluncuran proyek-proyek baru, Ayana Land sudah memperkirakan masih akan merugi tahun ini. 

Namun menurut M Ridwan Firdaus, Direktur Independen NASA kerugian yang akan ditanggung perusahaan akan mengecil dibandingkan tahun 2018. "Tetapi pada 2019 kami targetkan sudah akan bisa untung," katanya.

Sebelumnya perusahaan menargetkan akan membukukan pendapatan Rp 133 miliar tahun ini. Namun, Ridwan memperkirakan target itu hanya akan tercapai 60% lantaran pengoperasian Ayom Village mundur.

Pada kuartal I-2018, Ayana Land hanya membukukan pendapatan Rp 3,2 miliar, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 3,97 miliar. Sementara beban umum dan administrasi yang harus ditanggung mencapai Rp 2,7 miliar serta beban keuangan mencapai Rp 1,79 miliar. Alhasil, perusahaan menderita rugi tahun berjalan sebesar Rp 2,98 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×