Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen barang konsumer dan perawatan personal, PT Kino Indonesia Tbk, masih layak dilirik pelaku pasar. Apalagi KINO memulai tahun ini dengan mengakuisisi PT Kino Food Indonesia.
Buat informasi, Kino Food Indonesia sebelumnya bernama Morinaga Kino Indonesia. Ini adalah perusahaan patungan antara KINO dan Morinaga & Co Ltd. KINO membeli saham Kino Food milik Morinaga.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, akuisisi ini berpotensi mengerek penjualan KINO. Jadi pasarnya akan semakin kuat," kata dia, kemarin.
Hal ini membuat kinerja KINO di tahun ini diprediksi ciamik. Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menambahkan, prospek KINO masih cerah di tengah persaingan yang cukup ketat.
Saat ini, KINO sudah menghasilkan mass product yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga dalam jangka panjang kinerjanya masih positif, ungkap dia, Rabu (23/1).
Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menilai, KINO tidak akan kesulitan bersaing. Produsen permen Kino ini cukup unggul lantaran rajin melakukan inovasi dan menciptakan produk yang menghasilkan pasar baru dengan demand kuat.
Contohnya, saat KINO mengeluarkan produk perawatan bayi dengan merek Sleek Baby. KINO antara lain merilis deterjen bayi. Sebastian menyebut, ini jadi strategi KINO untuk mencetak pasar baru.
Apalagi, deterjen bayi cenderung jarang ditemukan. Memang menciptakan segmen baru lebih sulit. Tetapi KINO punya marketing cost yang selalu cukup tinggi, sekitar 20% dari pendapatan. Ini strategi yang diperlukan perusahaan, tandas Sebastian.
Selain memiliki keunggulan dari sisi inovasi produk baru, fundamental KINO juga dianggap kuat karena memiliki strategi pemasaran produk yang efektif.
Sekedar informasi, KINO menargetkan pertumbuhan pendapatan di tahun ini mencapai 25%–30%. Untuk mencapai target, perusahaan ini bakal menggenjot penjualan di dalam negeri dan luar negeri.
Kinerja positif
Akan tetapi, William menilai, KINO wajib berhati-hati jika ingin memperbesar ekspor. Kalaupun ekspor, harus dilihat dahulu bagaimana kurs dollar Amerika Serikat (AS), sedang menguat atau melemah. KINO juga harus memperhatikan utang dollar AS tinggi atau tidak jika rupiah melemah. Karena akan menurunkan kinerja tahun mendatang, imbuh dia.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga kuartal III-2018, pendapatan KINO tumbuh 10,75% dari Rp 2,34 triliun di akhir September 2017 menjadi Rp 2,59 triliun. Kenaikan pendapatan ini turut mengerek laba bersih perusahaan. Pada periode Januari-September 2018, laba bersih KINO melejit 49,8% menjadi Rp 105,51 miliar.
Kinerja KINO sendiri masih ditopang oleh penjualan produk perawatan tubuh, yang berkontribusi sekitar 48,9% pada total pendapatan hingga kuartal III-2018. Artinya, segmen tersebut mencetak pendapatan Rp 1,27 triliun.
Lalu penjualan segmen minuman mencapai 42,5% atau setara Rp 1,10 triliun. Sedangkan sisanya segmen makanan dan farmasi, masing-masing sebesar Rp 212,14 miliar dan Rp 10,81 miliar.
Sebastian masih melihat, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, produk perawatan tubuh tetap menopang kinerja KINO. Terlebih beberapa produk emiten barang konsumer ini sudah diekspor.
Produk Ellips telah diperkenalkan di Jepang dan akan diperluas ke Vietnam, juga Filipina. Dengan begitu, perusahaan akan menembus pasar Asia lainnya, jelas Sebastian
Dia memprediksi, pendapatan KINO di akhir tahun ini bisa mencapai Rp 4,83 triliun. Hal tersebut turut mengangkat laba bersih perusahaan menjadi Rp 284 miliar.
Sebastian merekomendasikan beli saham KINO dengan target harga Rp 4.300 per saham. Setali tiga uang, William juga menyarankan beli dengan target harga sebesar Rp 3.300 per saham. Hanya Lucky yang merekomendasikan jual saham KINO dengan target harga Rp 3.000. Kemarin, KINO bertengger di Rp 3.020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News