kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Ekonomi Membaik, Taipan Berebut Cari Dana Segar di Pasar Modal


Sabtu, 01 Januari 2022 / 09:37 WIB
Ekonomi Membaik, Taipan Berebut Cari Dana Segar di Pasar Modal
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan milik taipan gelar IPO


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun Indonesia belum lepas dari pandemi Covid-19, sejumlah konglomerat justru percaya diri mengantarkan sejumlah perusahaan miliknya untuk melantai di bursa dengan target dana segar yang besar di tahun 2021 silam.

Misalnya saja, perusahaan taipan asal Surabaya, Hermanto Tanoko yang mengantar dua perusahaannya untuk menggelar penawaran umum saham perdana atawa initial public offering (IPO) di tahun lalu. Yakni PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dengan raihan dana IPO sebesar Rp 493,57 miliar dan PT  Avia Avian Tbk (AVIA) yang memperoleh dana IPO hingga Rp 5,76 triliun.

Kemudian, perusahaan TP Rachmat yakni PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang menggelar IPO pada Desember 2021 dengan target dana segar sekitar Rp 353 miliar.

Tidak hanya itu, dalam waktu dekat perusahaan Boy Thohir, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yakni PT Adaro Minerals Indonesia juga berencana melaksanakan IPO pada Januari 2022. Perusahaan itu menargetkan perolehan segar hingga Rp 604,86 miliar. 

Baca Juga: Sejumlah Konglomerat Melakukan Aksi IPO, Begini Pandangan Pengamat

Dalam prospektusnya, Adaro Minerals akan menggunakan 60% dana hasil IPO untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usaha, yaitu Maruwai Coal. Dana ini untuk mendorong kapasitas infrastruktur pertambangan batubara seiring meningkatnya produksi batubara dan biaya eksplorasi. Sisanya akan digunakan ADMR untuk mengembalikan sebagian pokok pinjaman dari ADRO. 

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai aksi ramai-ramai IPO ini tentu ada hubungannya dengan kondisi pandemi. Misalnya saja, perusahaan TP Rahmat yakni Dharma Polimetal yang percaya diri gelar IPo karena melihat sektor otomotif yang mulai kembali bergairah di tahun ini terutama karena banyak insentif dari pemerintah. 

"Selain itu, kondisi pandemi yang sudah berjalan sejak 2 tahun terakhir ini menyebabkan booming-nya pasar modal. Hal ini tercermin dari jumlah investor yang meningkat signifikan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/12). 

 

Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor pasar modal tumbuh 71,42% sepanjang tahun 2021. Hal itu terlihat dari single investor identification (SID) yang mencapai 6,65 juta per 19 Oktober 2021, naik dari posisi akhir tahun 2020 yang sebanyak 3,88 juta.

Teguh mengatakan, dengan banyaknya investor yang masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) tentu banyak dana yang masuk. "Jadi artinya saat ini waktu yan tepat untuk IPO karena  banyak peminatnya. Buktinya IPO yang dilakukan sukses semua," kata Teguh. 

Teguh bilang, jika kondisi tidak mendukung, akan banyak IPO yang batal dan ditunda. Tetapi kalau melihat kesuksesan para pemilik perusahaan mendapatkan dana segar hingga triliunan di tahun ini, artinya memang momentumnya sedang bagus. 

"Tidak setiap tahun dan setiap saat kondisi pasar cocok untuk IPO seperti sekarang. Kadang ada kondisi pasar sedang lesu, investor publik jarang bertambah," ujar Teguh. 

Di tahun depan, BEI telah memproyeksi, jumlah investor pasar modal pada tahun 2022 dapat mencapai lebih dari 10 juta Single Investor Identification (SID). Nah melalui dasar ini, Teguh mengatakan, tahun depan bisa jadi IPO akan semakin semarak. 

Baca Juga: BEI Proyeksikan Investor Pasar Modal 2022 Bisa Lebih Dari 10 Juta SID

Kendati momentum ini baik untuk pemilik perusahaan, Teguh berpesan, investor harus lebih selektif memilih. Semakin besar perusahaan yang IPO, semakin besar nilai target dan perolehannya maka semakin gencar promosinya. 

Biasanya akan diiming-imingi perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan bagus, saham akan naik, dan sebagainya, padalah belum tentu perusahaan yang bersangkutan sebagus yang dikatakan. "Investor harus membaca prospektus, membaca keterbukaan informasi, laporan keuangan, jangan hanya dengar dari katanya-katanya saja," tegasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×