Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia mayoritas ditutup melemah pada hari ini (17/7). Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, pelemahan ini terjadi setelah China melaporkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di kuartal II-2023.
China melaporkan bahwa ekonominya tumbuh 6,3% year-on-year (YoY) di kuartal kedua 2023, lebih baik dari pertumbuhan 4,5% Y/Y di kuartal I-2023. Namun, angka ini masih jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 7,3%.
Pada periode yang sama tahun lalu, dengan kebijakan pembatasan Covid-19 seperti lockdown, pembatasan perjalanan dan penutupan pabrik, China membukukan pertumbuhan 0,4% YoY, salah satu yang paling rendah dalam beberapa tahun terakhir ini.
Secara kuartalan, ekonomi hanya ekspansi 0,8% di kuartal kedua 2023, turun tajam dari pertumbuhan 2,2% di kuartal pertama 2023, menyusul kembali bergairahnya aktivitas ekonomi di kuartal IV-2022.
Baca Juga: IHSG Diramal Berlanjut Melemah, Selasa (18/7), Saham-Saham Ini Bisa Dicermati
Di Semester pertama 2023, ekonomi China tumbuh 5,5%. Pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini setelah ekonomi negara tirai bambu itu hanya ekspansi 3,0% di tahun 2022 dan gagal mencapai target pertumbuhan sekitar 5,5%.
Rilis data ekonomi lain memperlihatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi yang meredup sehingga memicu desakan untuk peluncuran paket stimulus ekonomi. Namun, Pemerintah China tampak enggan meluncurkan paket stimulus ekonomi, terutama seiring dengan tingginya lonjakan utang Pemerintah Daerah.
Data Industrial Production China secara tak terduga tumbuh 4,4% YoY di bulan Juni, lebih cepat dari kenaikan 3,5% YoY di bulan Mei dan mengalahkan ramalan pasar yang hanya tumbuh 2,7%.
Dengan demikian, Industrial Production telah tumbuh selama 14 bulan berturut-turut, didorong oleh peningkatan aktivitas sektor manufaktur dan pulihnya produksi pertambangan.
Penjualan Ritel di China naik 3,1% Y/Y di bulan Juni, melambat drastis dari kenaikan 12,7% YoY di bulan Mei dan lebih rendah dari estimasi pasar yang naik 3,2%. Ini adalah laju kenaikan terkecil sejak penurunan 1,8% YoY di bulan Desember 2022.
Investasi Aset Tetap (Fixed-Asset Investment) China tumbuh 3,8% YoY di paruh pertama 2023, melambat dari pertumbuhan 4,0% YoY di lima bulan pertama 2023, namun melebihi ekspektasi pasar yang tumbuh 3,5%.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,04% ke 6.867 Pada Senin (17/7), ACES, GOTO, ESSA Top Gainers LQ45
Tingkat Pengangguran di daerah perkotaan China mencapai 5,2% di bulan Juni, tidak berubah selama dua bulan beruntun. Tingkat Pengangguran populasi berusia 25-59 tidak berubah, di angka 4,1%. Namun, tingkat pengangguran populasi berusia 16-24 tahun justru merangkak naik ke tingkat tertinggi 21,3% dari 20,8% di bulan Mei.
Dari dalam negeri, surplus Neraca Perdagangan Indonesia turun menjadi US$ 3.46 miliar di bulan Juni dari US$ 5,15 miliar di periode yang sama tahun lalu, namun masih lebih tinggi dari estimasi pasar yang sebesar US$ 1,35 miliar.
Ekspor anjlok 21,18% YoY di tengah penurunan harga komoditas sementara Impor menyusut 16,5% YoY, memperpanjang rangkaian penurunan menjadi empat bulan beruntun di tahun ini akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Selama Semester pertama 2023, surplus neraca Perdagangan mencapai US$ 19,93 miliar dengan ekspor jatuh 5,08% dan impor menyusut 6,42%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News