kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi 2019 diperkirakan melambat, penerbitan obligasi akan tetap marak


Senin, 29 Oktober 2018 / 21:10 WIB
Ekonomi 2019 diperkirakan melambat, penerbitan obligasi akan tetap marak
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Senior Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hortradero memperkirakan, di tahun depan, penerbitan surat utang baik obligasi maupun sukuk bakal meningkat. Ini mengingat, dalam selama tiga tahun berturut-turut jumlah penerbitan surat utang kerap tembus Rp 100 triliun.

"Kita lihat ke depan, tampaknya akan lebih sering penerbitan surat utang. Ini tahun ketiga, dan jumlahnya sudah melewati Rp 100 triliun," jelas Poltak Senin (29/10).

Namun, Poltak menilai, jumlah penerbitan surat utang Rp 100 triliun tersebut masih terlampau kecil, jika dibandingkan kredit yang disalurkan perbankan, yang mencapai Rp 5.000 triliun. Harapannya, ke depan itu bisa tumbuh lebih banyak, khususnya dari sisi pendanaan obligasi korporasi.

"Untuk bisa pecah rekor, kira perlu lihat dulu kuartal I, khususnya soal perencanaan penerbitan obligasi. Tapi yang pastinya, pilihan korporasi selalu, antara meminjam ke bank atau ambil obligasi," ungkapnya.

Sementara itu, prospek naiknya penerbitan surat utang sekaligus mencerminkan bahwa korporasi Tanah Air cukup mumpuni dalam mendiverisifikasi sumber pendanaan. Menurutnya, total Asset Under Management (AUM) reksadana saat ini telah mencapai Rp 499 triliun dan dalam waktu dekat tembus Rp 500 triliun.

"Sayangnya, dibandingkan ASEAN, industri reksadana kita masih kecil banget. Kalau AUM kita mengikuti Thailand, maka kita masih bisa tumbuh 8x lipat, di mana Thailand saat ini berkisar US$ 1.000 per kapita, kita sekitar US$ 120 per kapita," jelasnya.

Sebagai informasi, di 2019 Poltak memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air tak sebaik 2018. Banyak faktor yang bakal menekan pertumbuhan ekonomi Tanah Air, seperti potensi kenaikan suku bunga AS, kebijakan moneter yang ketat, inflasi rendah.

"Tahun depan ekonomi rata rata akan ada di sekitar 4,9% hingga 5,2%. Di mana yang perlu jadi perhatian adalah private consumption yang merupakan kontributor terbesar terhadap perekonomian kita," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×