Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) meresmikan penggunaan Static Var Compensator (SVC) dalam operasional perusahaan. Pengerjaan fasilitas SVC ini dilakukan bersama dengan mitra pelaksana, ABB Indonesia dan ABB Swiss, yang berkontribusi dalam desain, teknik, dan pengiriman material serta menyediakan peralatan untuk digunakan.
Sebagai gambaran, SVC adalah teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem kelistrikan pabrik. Teknologi ini memungkinkan GGRP untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon yang dihasilkan oleh sistem kelistrikan pabrik.
Selain itu, penggunaan peralatan ini juga dapat meningkatkan keandalan sistem kelistrikan pabrik dan mengurangi biaya perawatan dan penggantian peralatan.
Dengan mengimplementasikan desain yang dioptimalkan, bus tegangan menengah yang merupakan bagian dari sistem distribusi listrik, tetap stabil yang menghasilkan transfer daya maksimum ke tungku. Ini menghasilkan pengurangan waktu tap-to-tap dan hemat energi sekitar 5%-6%.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Berupaya Mempertahankan Kinerja pada Tahun 2023
Direktur Corporate Affairs GGRP Fedaus menyatakan, fasilitas ini merupakan implementasi konkrit dari rencana GGRP dalam mengurangi emisi energi, sesuai dengan pilar ke-3 dari strategi ESG yaitu transisi energi dan solusi rendah karbon. “Kami juga telah berinvestasi lebih dari US$ 7 juta sebagai perwujudan komitmen kami dalam pembangunan fasilitas ini,” kata Fedaus, Rabu (7/5).
Sebelumnya, pada tahun 2022, GGRP telah meluncurkan buku panduan strategi environmental, social and governance (ESG) menjabarkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proses transisi menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dalam beberapa tahun mendatang
Sementara itu, Pierre Leretz dari ABB mengatakan, sebagai mitra GRP, ABB di Indonesia akan terus mendukung para konsumen dan supplier untuk mengurangi tujuan emisi dan pengurangan emisi karbon dalam aspek operasional yang mereka miliki.”
Menurut data dari International Energy Agency (IEA), industri baja menyumbang sekitar 7% dari total emisi gas rumah kaca global. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa sektor industri secara keseluruhan merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca tertinggi kedua di Indonesia setelah sektor energi.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama mulitpihak dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, terlebih pemerintah Indonesia telah menaikkan target NDC 2030 dari 29% menjadi 31,8% untuk menuju karbon netral tahun 2060 atau lebih cepat.
"Melalui penggunaan teknologi ini, GRP menunjukkan komitmennya dalam menjalankan operasional perusahaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kami berharap upaya yang kami lakukan pada hari ini dapat menginspirasi perusahaan lain untuk mengadopsi teknologi yang serupa dan berkontribusi dalam mencapai tujuan keberlanjutan dari pemerintah serta memberikan nilai lebih secara global,” tutup Fedaus.
Baca Juga: Ada Kebutuhan Green Building, Gunung Raja Paksi (GGRP) Berencana Cuil Pasar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News