kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Efek kenaikan suku bunga acuan BI hanya sesaat bagi rupiah


Senin, 02 Juli 2018 / 22:24 WIB
Efek kenaikan suku bunga acuan BI hanya sesaat bagi rupiah
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih melemah pada perdagangan Senin (2/7), kendati Bank Indonesia (BI) telah menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis point (bps) menjadi 5,25% akhir pekan lalu. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,42% ke level Rp 14.390 per dollar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menilai, kenaikan suku bunga acuan hanya berpengaruh sesaat bagi rupiah. Sebab, di saat yang sama sentimen eksternal masih cukup kuat. Ditambah lagi, Indonesia masih mengalami current account defisit.

Melihat kondisi saat ini, ia memprediksi rupiah masih bisa melemah lebih dalam lagi dalam jangka pendek di kisaran Rp 14.450—Rp 14.500 per dollar AS.

Mikail berpendapat, karena kenaikan suku bunga acuan BI tidak terlalu berpengaruh pada rupiah, pemerintah mesti melakukan upaya lain. Misalnya, Bank BUMN yang membutuhkan dollar AS diarahkan untuk membelinya di pasar derivatif, bukan pasar finansial seperti pada umumnya.

Selain itu, pemerintah juga dapat memberlakukan kebijakan relaksasi ekspor agar nilai devisa Indonesia kembali meningkat. Terlebih lagi, pelemahan rupiah sebenarnya dapat menjadi kesempatan bagi perusahaan berorientasi ekspor untuk meraup untung.

Pemerintah juga perlu menghitung ulang produk-produk yang diimpor dari luar negeri. Hal ini untuk meminimalisir nilai impor Indonesia yang terlalu tinggi sehingga membuat neraca perdagangan defisit. Asal tahu saja, neraca dagang yang defisit menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya rupiah akhir-akhir ini.

Akhir dari tren pelemahan rupiah masih sulit diprediksi di tengah perang dagang yang tensinya dapat meningkat sewaktu-waktu. Namun, rupiah berpeluang rebound jika berkaca pada pergerakan yield US Treasury saat ini yang cenderung flat, bahkan beberapa kali turun.

“Kalau yield US Treasury turun sampai level tertentu, ini bisa jadi sinyal bagi Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga acuan AS. Dengan begitu rupiah akan menguat,” ungkap Mikail.

Ia memproyeksikan, rupiah berpotensi masih akan berada di atas level Rp 14.000 per dollar AS pada akhir tahun nanti jika konflik perang dagang tak kunjung mereda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×