Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja positif PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) akan berlanjut pada tahun ini. Pemulihan ekonomi dan dampak positif dari akuisisi Pinehill Company Limited akan jadi penopang utama kinerja ICBP.
Analis Phillip Sekuritas Helen memandang prospek saham ICBP masih menarik. Dia meyakini, tren positif kinerja ICBP akan berlanjut, bahkan lebih baik dibanding kinerja tahun lalu.
Asal tahu saja, sepanjang tahun lalu ICBP membukukan pendapatan sebesar Rp 46,6 triliun atau tumbuh 10,3% secara tahunan (yoy). Sementara laba bersih naik 30,75% menjadi Rp 6,59 triliun.
“Kinerja ICBP masih akan tetap tumbuh didukung oleh pemulihan ekonomi secara bertahap seiring dengan adanya proses vaksinasi dan pelonggaran pembatasan sosial. Apalagi, pada masa periode Ramadan dan Lebaran seperti saat ini, jumlah tingkat konsumsi meningkat,” kata Helen ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (5/5).
Baca Juga: Masuk bisnis mi sehat, Indofood (ICBP) keluarkan Supermi Nutrimi, saingi Lemonilo?
Helen juga melihat ICBP akan diuntungkan oleh kondisi perekonomian Indonesia yang sebagian besar didorong oleh konsumsi rumah tangga. Salah satu industri yang berkembang pesat adalah industri makanan dan minuman. Industri F&B Indonesia mampu tumbuh 1,58% pada tahun 2020 padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu justru mengalami kontraksi 2,07%.
Lebih lanjut, Helen mengatakan, kinerja ICBP juga masih akan didorong oleh buah manis dari hasil akuisisi Pinehill. Asal tahu saja, ICBP pada Agustus tahun lalu telah mengakuisisi Pinehill yang punya pangsa pasar mi instan di daerah Timur Tengah dan Afrika. Tercatat, sepanjang tahun lalu, berkat akuisisi tersebut, penjualan mie instan ICBP di wilayah tersebut tumbuh hingga 121,1% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Indofood CBP Sukses (ICBP) diproyeksikan menuai hasil akuisisi Pinehill tahun ini
Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto dalam risetnya pada 12 April 2021 menuliskan, kontribusi penjualan Pinehill bisa menyentuh 5 miliar bungkus. Oleh karena itu, dia memperkirakan, dengan tambahan kontribusi tersebut, pada tahun ini pertumbuhan volume produk mi instan ICBP bisa mencapai 24% secara yoy.
“Selain itu, kinerja ICBP juga akan didorong oleh produk nutrisi seiring meningkatkan kontribusi produk bayi yang memperoleh pangsa pasar pada tahun lalu. Belum lagi, dengan adanya peralihan tren gaya hidup sehat dan masakan rumahan tutur akan membuka jalan bagi pertumbuhan yang kokoh dalam bisnis penyedap makanan ICBP,” tulis Natalia.
Baca Juga: Kinerja Indofood CBP Sukses (ICBP) diproyeksi positif, simak rekomendasi analis
Untuk produk berbasis susu, Natalia memperkirakan pertumbuhan volume hanya sebesar 2% secara yoy seiring meningkatnya persaingan, khususnya di pasar susu cair. Sementara itu, dengan adanya larangan pada produk Pepsico di Indonesia setelah Agustus 2021, diperkirakan volume produk makanan ringan akan turun.
Lebih lanjut, untuk produk mi instan ICBP, Natalia memproyeksikan margin EBIT akan jauh lebih tinggi, yakini 24,4%, sementara tahun lalu hanya 23,9%. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari peningkatan kontribusi dari Pinehill yang berkontribusi hingga 27% dari total volume. Selain itu, penjualan Pihell juga menghasilkan margin yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan produk mi instan domestik ICBP.
Sementara untuk divisi lainnya, Natalia memperkirakan margin EBIT-nya akan cenderung terjaga atau bahkan lebih rendah karena persaingan yang lebih ketat. Alhasil, ICBP tidak bisa sepenuhnya membebankan biaya yang lebih tinggi.
Baca Juga: Prospek cerah, begini rekomendasi saham Indofood Sukses Makmur (INDF)
Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya pada 30 Maret 2021 menjelaskan, salah satu dampak negatif dari akuisisi Pinehill adalah kenaikan rasio utang terhadap ekuitas ICBP.
Walau demikian, Mimi melihat rasio tersebut masih dapat dikendalikan. Apalagi, ICBP punya kas yang cukup melimpah, yakni Rp 9,5 triliun pada akhir tahun lalu. Dus, dia memprediksi, ICBP pada tahun ini akan mengurangi rasio tersebut, menjadi di kisaran 0,8 kali.
“Untuk potensi risiko yang bisa menekan kinerja ICBP, setidaknya ada tiga faktor. Yakni, depresiasi rupiah yang lebih buruk dari perkiraan, profitabilitas dari Pinehill ternyata lebih rendah dari perkiraan, dan pemulihan daya beli yang lebih lambat dari perkiraan,” imbuh Mimi.
Baca Juga: Ikuti tren pasar, Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) luncurkan mi sehat
Secara umum, Mimi mengekspektasikan pendapatan ICBP pada tahun ini masih akan bisa tumbuh hingga 26,8% secara yoy. Dia memproyeksikan, pendapatan ICBP pada tahun ini akan mencapai Rp 59,16 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 7,09 triliun.
Pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari kontribusi hasil akuisisi Pinehill yang jauh lebih besar, mengingat tahun lalu hanya berkontribusi empat bulan saja. Selain itu, dengan kondisi ekonomi yang lebih baik, turut akan jadi katalis positif untuk kinerja ICBP.
Mimi pun memberi rekomendasi beli untuk saham ICBP dengan target harga Rp 12.500 per saham. Sementara baik Helen dan Natalia juga sama-sama merekomendasikan beli saham ICBP.
Helen memasang target harga Rp 11.000 per saham dan Natalia memasang Rp 12.500 per saham. Pada Rabu (5/5), harga saham ICBP ditutup pada Rp 8.525 per saham.
Baca Juga: Keyakinan konsumen naik, cermati saham: INDF, ICBP, UNVR, ACES dan MAPI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News